Mohon tunggu...
Muhamad YahyaMauliddin
Muhamad YahyaMauliddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sejenaklah Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Semangat Berkarya Saat Pandemi Melanda

24 Januari 2021   18:37 Diperbarui: 1 Februari 2021   09:52 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama WKS 2 (Kesiswaan): Bapak Toni Hartono, S.Kom/dokpri

"Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerja yang membuat kita berharga." (K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur)

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer atau Pak Pram)

DUA ungkapan mutiara pembuka menjadi pengingat kita untuk terus berkarya. Berkarya yaitu menciptakan sebuah hal bermakna yang dapat dirasakan manfaatnya. Berkarya dapat dilakukan melalui berbagai cara, menulis salah satunya. Karya berupa tulisan akan terekam kuat dalam ingatan. Kata-kata akan terlihat secara nyata. Berkarya dan menulis adalah hal yang saling berkaitan. Keduanya, bekerja untuk keabadian sepanjang zaman.

Buku Antologi Puisi "Pesona Negeri Nirwana" merupakan wujud nyata semangat berkarya SMK Negeri 1 Kendal. Buku tersebut berisi 100 puisi dengan rincian 90 puisi ciptaan peserta didik dan 10 puisi gubahan guru/karyawan. Tema puisinya bervariasi. Ada yang bercerita tentang keindahan lingkungannya, kemegahan bangunannya, keunggulan visi, misi, dan programnya, serta kejayaan prestasi yang pernah diraihnya. Ada pula puisi yang menyampaikan kerinduan yang mendalam akan pembelajaran langsung dengan bertatap muka.

"Pesona Negeri Nirwana" menjadi contoh generasi muda untuk terus berkarya di tengah pandemi yang melanda. Peserta didik jangan hanya melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan harapan memeroleh nilai yang baik. Guru pun sama. Jangan hanya melaksanakan pembelajaran secara formalitas demi hasil pendidikan yang berkualitas. Keduanya harus berkolaborasi dan bersinergi dalam menciptakan sebuah karya yang dapat dinikmati. Karya itu bisa dimulai dari hal yang sederhana, misalnya buku kumpulan puisi, cerpen, opini, dan sebagainya.

Jika mampu berkarya dalam serbaketerbatasan, maka sejatinya kita mendapat dua poin. Kita lebih unggul dibanding yang lain. Keadaan yang normal saja, belum tentu semua mau dan mampu berkarya. Apalagi, dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Poin pertama, kita mampu mengoptimalkan bakat yang dianugerahkan oleh Tuhan sebagai rasa syukur kita atas anugerah-Nya. Poin kedua, kita mampu berperang melawan situasi yang mengekang untuk tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan. Dan boom, kita jadi pemenangnya dengan wujud karya.

"Senyumlah, selama huruf-huruf masih tetap hidup. Selama kata masih dapat berbicara. Selama kalimat masih menyimpan semangat. Selama tinta masih tersenyum menyapa dunia." ..... "Sekolahku, sudah lama kita tak bertemu. Sungguh sakit hati ini didera rindu. Semoga badai lekas berlalu.".....   

--- Muhamad Yahya Mauliddin, guru bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Kendal (Jawa Tengah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun