Mohon tunggu...
MUHAMAD BAYHAKI
MUHAMAD BAYHAKI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknologi Informatika Universitas Nadhlatul Ulama Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sosialisasi Parenting "Optimalisasi Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Menurunkan Angka Putus Sekolah"

11 Desember 2024   14:52 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:52 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poto Bersama Anggota KKN Attaftazani Bersama DPL & Pemateri

Cibeuteung Udik, Ciseeng, Jum'at, 29 November 2024 -- Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan  menurunkan angka putus sekolah anak, Mahasiswa KKN MD-03 Attaftazani Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia mengadakan kegiatan sosialisasi parenting dengan tema "Optimalisasi Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Menurunkan Angka Putus Sekolah". Kegiatan yang diadakan di Majelis Ta'lim Baiturrohman Kp.Cisuuk, Ds,Cibeuteung di hadiri oleh DPL KKN MD-03, Mahasiswa KKN MD-03, dan puluhan orang tua dari berbagai kalangan.

Sosialisasi yang dimulai dari pukul 08.00 -- 11.00 WIB di isi oleh Narasumber yaitu Elis Lisyawati, M.Pd.I. selaku Dosen Unusia, yang sudah lama bergelut dalam bidang Parenting. Dalam sosialisasi ini ini Ibu Elis Lisyawati, M.Pd.I. menyampaikan beberapa permasalahan yang sering terjadi dan dihadapi oleh anak-anak diantaranya adalah putus sekolah. Angka putus sekolah masih menjadi permasalahan serius di berbagai kalangan. Padahal, pendidikan merupakan hak dasar setiap anak dan kunci utama untuk meraih masa depan yang cerah. Faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia) terdapat 4,3 juta atau 7,9 ATS (Anak Putus sekolah) dan 3,1 juta atas tingkat SMA. Menurut Unisef 1% atau 938 ATS (342 dari 14,169 di tingat SMA). Menurut Badan Pusat Statistik I0,3% anak usia 7-12 tahun tidak tuntas SD, 2,3% anak usia 13-15 tahun belum tuntas,  SMP, dan sekitar 5,7% anak usia 16-18 tahun belum tuntas SMA dan tidak melanjutkan ke PTN. Menurut Kemendikbud 3T (layanan akses), 3 juta anak (atau sekitar 5-6% dari anak usia SMA/SMK)  tidak melanjutkan ke PTN  disebabkan oleh alasan ekonomi.

Elis Lisyawati, M.Pd.I. (narasumber) mengatakan beberapa penyebab anak putus sekolah diantaranya yaitu faktor ekonomi, pernikahan dini, hamil di luar nikah, pendidikan inklusif belum masif, kurangnya motivasi dari keluarga, dan juga dampak dari perundungan. Hal tersebut menjadi permasalahan yang harus segera dibenahi agar angka putus sekolah di Indonesia dapat menurun. Pemerintah sendiri sudah membuat kebijakan wajib belajar yang diatur dalam UUD pasal 31 yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan juga wajib belajar minimal 12 tahun. Agama Islam sendiri juga di dalam Al Qur'an dan hadist menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu wajib.

Dari beberapa hal tersebut peran dan tanggung jawab orang tua sangat dibutuhkan sebagai role model anak untuk meraih kesuksesan, dengan adanya komunikasi, dukungan dan support yang baik, anak akan merasa bahwa orang tuanya memperhatikan dan menghargai setiap hal yang dilakukan oleh mereka terutama dalam hal pendidikan. Selain orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak bangsa agar terus bersemangat dalam meraih kesuksesan, sekolah dapat memberikan solusi terbaik untuk mendukung pendidikan anak, banyak cara yang dapat di tempuh oleh sekolah untuk berbagai permasalahan pendidikan. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mendukung pendidikan anak salah satunya yaitu dengan aktif mensosialisasikan pentingnya pendidikan bagi masa depan. Lingkungan yang ramah dan responsif akan mencipatakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, dan dapat dengan cepat menyesuaikan perubahan zaman sesuai kebutuhan anak.

Peran orang tua untuk mengurangi angka anak putus sekolah diantaanya yaitu :

  • Orang tua sebagai pendidik, yang mengajarkan tarbiyah (spiritual), ta'dib (adab), ta'lim (pengetahuan), riyadhoh (kesehatan) kepada anak.
  • Orang tua sebagai motivator dalam belajar, dengan cara memberikan motivasi kepada anak, memperhatikan apa yang dilakukan anak ketika di sekolah, seperti mengecek pelajaran anak, menanyakan apa yang dilakukan di sekolah, memberikan semangat anak untuk berprestasi, dsb.
  • Orang tua sebagai pendukung finansial. Orang tua wajib mengusahakan pendidikan anak, dengan adanya program beasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah, tidak ada alasan orang tua tidak bisa menyekolahkan anak karena finansial.
  • Orang tua harus melakukan pendekatan emosional kepada anak dengan cara memberikan apresiasi, pujian, dan dukungan kepada anak, selain itu juga membentuk kegiatan belajar yang konsisten juga sangat diperlukan oleh anak.
  • Orang tua harus menanamkan karakter yang baik untuk anak, dengan mengajarkan dan membiasakan hal-hal yang baik anak tidak akan tepengaruh oleh lingkungan yang menjerumuskan ke dalam hal yang salah.
  • Orang tua sebagai controlling. Terkadang anak merasa dibebaskan oleh orang tua nya, itulah peran orang tua dalam mengontrol kegiatan anak sangat penting dengan memberikan batasan-batasan kepada anak.

Tugas orang tua dalam beberapa hal yaitu :

  • Ibu

Secara umum tugas ibu menjadi istri sholehah, menjadi suri tauladan yang baik, berlaku lemah lembut, optimalisasi mengelola urusan rumah tangga, dan Ikhtiar, tawakal serta doa. Sedangkan dalam hal mendidik anak yang harus dilakukan ibu adalah memberikan pujian dan kasih sayang penuh kepada anak, menghindari trauma fisik dan psikis, tidak membandingkan, tidak otoriter, demokrasi, bertanggungjawab, memenuhi kebutuhan gizi, menciptakan lingkungan positif, dan melakukan komunikasi yang efektif kepada keluarga.

  • Ayah

Secara umum tugas ayah adalah menjadi pemimpin di rumah, menyediakan finansial yang cukup, selalu ikhtiar, tawakal, serta doa agar dapat menjadi keluarga yang baik. Sedangkan dalam mendidik anak hal yang harus dilakukan oleh Ayah adalah menanamkan arti penting Pendidikan, terlibat dalam pemecahan masalah, sebagai teman bermain, pemandu prinsif, dan menyediakan keperluan keluarga.

Poto Bersama Anggota KKN Attaftazani Bersama DPL & Pemateri
Poto Bersama Anggota KKN Attaftazani Bersama DPL & Pemateri

Kesimpulan dalam pemaparan narasumber adalah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk pencegahan anak putus sekolah, karena orang tua menjadi madrasah pertama bagi anak, oleh sebab itu orang tua harus bisa menjadi teman, sosok yang bisa di contoh, yang selalu mendukung, mengapreasiasi hal yang dilakukan oleh anak terutama berkaitan dalam Pendidikan, agar anak merasa dihargai usahanya. Dengan adanya dukungan yang baik dari orang tua, anak akan bersemangat dalam belajar dan meraih cita-citanya, sehingga angka putus sekolah di Indonesia dapat menurun.

Kegiatan ini tidak hanya penyampaian materi, tetapi juga melakukan diskusi dan tanya jawab bersama dengan orang tua. Tujuannya adalah untuk memberikan ruang bagi para orang tua agar dapat berinteraksi langsung dengan narasumber terkait dengah hal-hal yang berkaitan dengan parenting. Salah satu poin penting yang dibahas adalah pentingnya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Narasumber menekankan bahwa dengan komunikasi yang baik, orang tua dapat memahami kesulitan yang dialami anak di sekolah dan memberikan dukungan yang tepat. Selain itu, orang tua juga diajak untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah dan memberikan contoh yang baik bagi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun