Mohon tunggu...
Muhamad FarhanMauludin
Muhamad FarhanMauludin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

saya seorang Mahasiswa yang hobi menulis tentang apa saja yang saya baca dan ingin membagikan hasil bacaan saya kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelaah Penulisan Sejarah Al-Maghazi pada Masa Awal Islam

28 Juni 2024   08:38 Diperbarui: 28 Juni 2024   09:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://images.app.goo.gl/AYzeqgiGP3dUhu1W9)

Penulisan sejarah islam berkembang dari masa ke masa, mengikuti perkembangan peradaban islam. Pada mulanya umat islam karena keperluaan agama, meriwayatakan hadits-hadits Nabi, termasuk perang-perang Nabi dan para sahabat yang berpartisipasi didalamnya. Pada masa sesudahnya, para sahabat juga menjadi teladan bagi umat islam. Penulisan hadits itu dikatakan sebagai cikal bakal penulisan sejarah. Dari penulisan hadis-hadis nabi itu, para sejarawan memperluas cakupan sejarah. Pertama-tama mereka mengembangkan kepada Riwayat-riwayat yang berkenaan dengan perang-perang Nabi yang sebut dengan Al-Maghazi (Badri Yatim,1997)
 
Kata Maghazi berarti tempat peperangan atau terkadang diartikan sebagai peperangan, dapat juga diartikan sebagai jalannya peperangan. Maghazi merupakan salah satu dari pembahasan historiografi pada periode klasik, hal ini sejalan dengan kondisi atau lingkungan Dimana penulisan ini dilakukan sebab salah kegemaran orang Arab Yakni berperang.  Pemakaian istilah Maghazi sering digunakan dalam sebuah karya yang bercerita tentang peperangan yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw., dan juga pada masa-masa awal sejarah Islam. Namun sebelum Islam datang yang menjadi Istilah popular yakni al-ayyam.  Redaksi lain mengartikan al-maghazi adalah pasukan atau peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah. Dalam hal hal ini pun tidak mesti terjadi perang atau kontak senjata, asal ada gerakan pasukan yang dipimpin Nabi .(Muhammad Kadril,2021)


Sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw., dalam menyebarkan islam telah banyak melewati sejumlah peperangan. Meskipun beliau diutus sebagai Rahmatalli’alamin akan tetapi peperangan tersebut tidak dapat dihindari sebab jalan tersebut merupakan jalan terakhir dalam suatu negosiasi. Sehingga hal tersebut dilakukan ketika seluruh jalur diplomasi telah digunakan, selain itu Nabi Muhammad saw juga tidak pernah memberikan intruksi untuk memerangi suatu suku ataupun yang lainnya peperangan yang dilakukan apabila umat islam diperangi.(Muhammad Kadril,2021)


Para penulis Al-Maghozi adalah para ahli hadist, sehingga sebagaimana dalam penulisan hadist, ketika menulis tentang Al-Maghazi merekapun menggunakan metode Isnad (sandaran berita). Penulisan Al-Maghazi, selanjutnya melapangkan jalan bagi penulisan biografi Nabi, yang biasa disebut dengan As-Sirah Nabawiyah. Penulis pertama Maghazi adalah Putera sahabat nabi yaitu Aba’n bin usman bin Affan. Yang dapat disebut sebagai simbol peralihan dari penulisan hadist kepada pengkajian sejarah perang Nabi. Dialah orang pertama yang Menyusun Kumpulan khusus tentang Al-Maghazi. Sejaman dengannya adalah Urwah Ibnu Zaubayr, seorang ahli hadist dan Fiqih. Tulisannya tentang Al-Maghazi memang tidak ditemukan lagi. Akan tetapi bagian-bagian dari tulisan itu dapat ditemukan dalam kutipan-kutipan para sejarawan muslim yang datang sesudahnya seperti at-Thobari dan Ibnu Ishaq.  Lalu sama dengan Aban, Urwah juga menxantumkan isnad dalam peristiwa-peristiwa penting, seperti turunnya wahyu dan hijrah.

Selanjutnya, yang paling terkenal menulis Al-maqhazi adalah Muhammad Ibnu Muslim Al-Zuhri (w. 124 H = 714M). kelebihan Al-Zuhri dalam penulisan sejarah adalah dia menggabungkan Riwayat-riwayat dan hadist-hadist dalam satu topik. Dia juga menulis biografi (sirah) Nabi Muhammad. Namun sayang kitab-kitab yang dituliskanya tidak sampai kepada kita, tetapi bukti-buktinya ditemukan dalam kitab-kitab sejarah dalam kitab-kitab sejarah yang mengutipnya.(Fajriudin, 2018)


Ada juga orang non Arab (dari Persia) yang menetap di Yaman yang menulis Al-Maqhazi, yaitu Wahab ibnu Munabbih. Tetapi berbeda dengan penulis-penulis sejarah yang berlatar belakang arab, Wahab ibnu Munabbih banyak terpengaruh oleh cerita-cerita Israiliyat dan Nasraniyat, sehingga banyak membuat hayal dan dongeng, terutama yang berhubungan dengan sejarah kejadian-kejadian Pra Islam. Karena banyak unsur dongeng didalam karyanya, maka Sebagian ilmuwan sekarang tidak menggapnya sebagai sejarawan. (Fajriudin, 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun