Mohon tunggu...
Kepariwisataan Sejarah
Kepariwisataan Sejarah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang dalam proses

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berselancar ke Tempat Pembuangan Syahrir dan Hatta di Banda Neira

11 Mei 2022   21:00 Diperbarui: 13 Mei 2022   06:41 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara Indonesia terdiri atas tiga kawasan utama yakni kawasan Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur. Tiap-tiap kawasan di Indonesia tentu memiliki sejumlah wisata yang punya pesona menarik. Terlebih di kawasan Indonesia Timur banyak disuguhkan pemandangan-pemandangan yang sangat indah. Berbicara kawasan Indonesia Timur, pasti orang-orang lebih mengetahui Raja Ampat, Labuan Bajo, atau Pulau Komodo. Namun, sebenarnya ada tempat wisata lain yang tak kalah indahnya dengan wisata-wisata tersebut, yaitu Banda Neira.

Banda Neira atau Banda Naira merupakan salah satu pulau di Kepulauan Banda sekaligus pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Tak hanya sekadar perkampungan biasa semata di kawasan timur Indonesia, Banda Neira juga dapat menjadi objek wisata bagi masyarakat Indonesia. Wisata yang disuguhkan mulai dari wisata budaya, wisata alam, hingga wisata sejarah. Tidak diragukan lagi, panorama Banda Neira sangatlah eksotis nan indah. Bukan saja keindahan laut, tetapi destinasi wisata menyelam Banda Neira juga tak kalah indah karena memiliki kekayaan bawah laut yang sangat banyak. Oleh karena itu, Banda Neira menjadi tempat menyelam yang diakui secara internasional. Tak hanya itu, bagi kalian pecinta sejarah, Banda Neira bisa menjadi salah satu tempat wisata yang cocok untuk dikunjungi. Di Banda Neira banyak terdapat objek-objek kesejarahan yang punya nilai-nilai historis terhadap bangsa Indonesia. Jadi, kalian yang akan berkunjung ke Banda Neira tak akan menyesal, kalian benar-benar bisa menenangkan diri disana dengan wisata alam yang indah sekaligus mendapatkan wawasan pengatahuan beru terkait nilai-nilai kesejarahan dari objek-objek sejarah yang ada.

Dilansir dari Kompas.com, sejarah penyematan nama Pulau Banda Neira ini terdapat lima nama. Apa sajakah kelima nama itu? Pertama, Wandan, sebutan ini memiliki makna bahwa Pulau Banda di masa lampau merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Kata Wandan ini terdapat dalam salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit, yakni Kitab Negarakertagama. Kedua, Andare, sebutan ini menuturkan cerita mengenai terbentuknya Tanah Andare. Sebutan Andare tercatat dalam manuskrip kuno Hikayat Banda. Ketiga, Andan, kata ini merupakan nama penduduk Banda laki-laki yang memiliki istri bernama Dalima. Andan disebutkan dalam manuskrip kuno Hikayat Lonthoir. Keempat, Neira, sebenarnya kata ini tidak pernah disebutkan dalam manuskrip kuno manapun. Namun, tercatat beberapa kali muncul dalam syair kabata (folklore Banda). “Nira” yang merupakan penyebar agama Islam di Maluku, termasuk di Banda yakni Nirawati Watro. Di sisi lain, sejarawan Des Alwi menyatakan bahwa “Nira” dapat diarkitan sebagai maju. Dalam bahasa Arab terdapat kata “Nayira” yang berarti cahaya yang maju. Jadi, maksud dari Naira ialah kota yang memiliki cahaya dan berperadaban maju. Hal ini menandakan bahwa Banda Neira pernah menjadi kota terkenal yang maju dengan perdagangan rempah-rempahnya. Kelima, Banda Naira. Nama tersebut acap kali disebutkan dalam karya sejarawan asal Banda, Des Alwi, dan juga disematkan dalam artikelnya tentang Banda. Beliau ingin menghilangkan citra kolonialisme dengan mengganti nama Neira menjadi Naira.

Jika ditelusuri sejarahnya, Banda Neira ini merupakan satu-satunya kota penghasil pala pada zaman kolonial. Bahkan, harga pala pada saat itu setara dengan harga emas. Maka dari itu, banyak bangsa Eropa yang memperebutkan tempat ini untuk dikuasai. Seperti halnya Inggris dengan Belanda. Inggris dan Belanda terlibat perang mengenai lokasi Pulau Banda Neira ini. Perang terjadi sebanyak dua kali. Perang pertama terjadi tahun 1652-1654 dan perang kedua terjadi pada tahun 1655. Perang ini dapat berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Breda pada 31 Juli 1667, yang mana isinya ialah Inggris harus pergi dari Pulau Run, Kepulauan Banda dan Banda Neira pun jatuh ke tangan Belanda. Seolah tak mau rugi, Inggris pun meminta ganti ke Belanda, yang akhirnya Nieuw Amsterdam (sekarang Manhattan) yang terletak di Amerika Utara menjadi milik Inggris.

Letaknya yang begitu indah mampu memikat hati para wisatawan untuk berkunjung ke Banda Neira, Maluku. Banda Neira juga menjadi tempat yang tepat untuk dijadikan salah satu referensi wisata edukasi khususnya dalam bidang sejarah. Banyak bangunan-bangunan bersejarah yang terdapat di Banda Neira. Tak hanya bangunan bersejarah, spot-spot wisata lainnya juga masih banyak yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Salah satu objek wisata sejarah yang ada di timurnya Indonesia ini ialah Benteng Belgica. Benteng berbentuk segi lima ini terletak di Kecamatan Neira, Pulau Banda Neira, Maluku. Nama Belgica diambil dari nama negara Belgia, yang pernah menjadi kekuasaan Belanda. Pada awalnya, benteng ini dibangun oleh Portugis lalu ketika Belanda berniat menguasai Banda Neira, benteng ini direbut dari tangan Portugis. Pasca Banda Neira menjadi wilayah kekuasaan dari Belanda, Benteng Belgica berfungsi untuk menghalau serangan rakyat Banda dalam penentangan praktik monopoli pala yang dilakukan VOC. Benteng ini juga dijadikan sebagai tempat pertahanan dan memantau lalu lintas kapal dagang bagi Belanda.

Kemudian, ada juga objek wisata berupa rumah pengasingan Sutan Syahrir dan Moh. Hatta. Usai menjalani pengasingan di Boven Digul, Papua selama satu tahun, kedua tokoh nasionalis itu dipindahkan ke Banda Neira, Maluku. Di Neira, mereka melanjutkan masa pengasingan sampai tahun 1942. Pada awalnya, Moh. Hatta dan Sutan Syahrir bergabung dengan Iwa Koesoemasoematri dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang sudah lebih dulu diasingkan di Banda Neira. Namun, dalam perkembangannya mereka dipisahkan di rumah masing-masing. Rumah tersebut disewa oleh orang Belanda bernama De Vries yang juga pemilik perkebunan yang tinggal di Batavia.

rumah-syahrir-627d9aed8d947a626838b442.jpg
rumah-syahrir-627d9aed8d947a626838b442.jpg
rumah-hatta-627d9af5bb4486030b6bb802.jpg
rumah-hatta-627d9af5bb4486030b6bb802.jpg
Banda Neira juga menyuguhkan keindahan laut yang tak kalah indahnya dengan objek-objek wisata lainnya. Destinasi wisata ini bernama Lava Flow. Bagi kalian yang suka menyelam, Lava Flow ini wajib untuk kalian datangi. Pesona kekayaan laut nan indah ini yang menjadi penyebab kalian wajib lihat Lava Flow. Lava Flow ini menjadi destinasi wisata menyelam terbaik di Maluku. Lava Flow memiliki arti aliran lava. Lava Flow ini terbentuk pasca Gunung Api Banda meletus pada tahun 1988. Penamaan tersebut disematkan setelah letusan dasar perairan tempat penyelaman ini ditutup dengan lava. Usai letusan gunung berapi di Maluku itu, tumbuhlah karang pada lahar dingin. Sejak saat itu, Lava Flow ditutupi oleh karang dengan tutupan karang keras hampir 100% yang memiliki kedalaman sekitar 27 meter.

lava-flow-627d9b08bb448616637c0c82.jpg
lava-flow-627d9b08bb448616637c0c82.jpg
Bagaimana nih teman-teman? Menarik bukan? Yuk sempatkan waktu kita untuk berselancar di surga kecilnya Indonesia Timur, Banda Neira. Dijamin kalian tidak bakal rugi deh. Kalian bisa healing dan juga tetap mendapatkan wawasan pengetahuan sejarah lhoo….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun