Mohon tunggu...
Muhamad Nurdin
Muhamad Nurdin Mohon Tunggu... Penulis - Mari Sama-sama Menjadi yang Terbaik

Mari Sama-sama Menjadi yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Birokrat yang Akademisi

20 Februari 2024   16:43 Diperbarui: 20 Februari 2024   16:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
membentangkan semangat. sumber gambar. (dokpri)

Dilahirkan dari keluarga muslim sederhana, Muhamad Nurdin tidaklah asing dengan dunia pendidikan. Karena dia memulai karir sebagai guru honorer, sebuah pekerjaan yang kurang menarik bagi sebagian orang.

Tapi bagi Nurdin menjadi guru adalah panggilan jiwanya sejak kecil, karena orang tuanya pun adalah seorang guru. Tidak salah kalau dia terus mengabdikan dirinya dalam dunia oemar bakri sampai saat ini. 

Jadi guru dilakoninya sejak menjadi guru TK di Jakarta sampai menjadi asisten dosen di IAIN SGD Bandung. Posisinya sekarang adalah kepala seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS),  Kementerian Agama Kabupaten Kuningan, yang membawahi sekitar 1.800 orang guru agama.

Di Jakarta dia pernah tersaruk-saruk mencari sesuap nasi hanya karena untuk menyambung kehidupanya. Jakarta bagi suami Elya Rif’ah ini,  bukanlah tempat yang aman secara ekonomi bagi dirinya. Akhirnya dia pun pulang kampung dan menjadi guru lagi.

Pria  yang sudah dikarunia dua anak ini (Arfa Bahrul Ulum dan Ziya Ulwan Nafis)  masih aktip terlibat dalam berbagai seminar dan diskusi. Bahkan telah menulis 20 judul buku diantaranya;  Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Prismasophie 2004), Pendidikan Yang Menyebalkan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2004). Pantas kalau ada yang menjuluki  dia sebagai birokrat yang akademisi. Karena jarang-jarang seorang birokrat yang suka menulis.

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai birokrat dia masih menyempatkan diri untuk terus menuntut ilmu. Tahun 2018 lulus dari program Doktor di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bidang kajian pendidikan Islam. Karena masih menyimpan kata-kata gurunya dulu di UIN Bandung, Prof. Dr. Baihaki, AK (seorang ahli pendidikan Islam). 

Dia bilang, teruslah belajar sampai kapanpun, peganglah apinya jangan sampai padam. Kalau apinya masih menyala, Insya Allah kapanpun pasti terwujud. Ditengah semangatnya itulah dia terus belajar dan ingin memberikan arti dalam kehidupan, sekecil apapun ilmu yang kita berikan Insya Allah akan bermanpaat.

Tulisannya pernah di publikasikan  di Jurnal Internasional IJSTR India Pakistan, HU Pikiran Rakyat, HU Republika, Tabloid Hikmah, Tabloid Salam, Kabar Cirebon, Media Pembinaan, Kompasiana. NUonline, dan lain-lain. Sesekali jadi pembicara di seminar dan majelis taklim, kadang-kadang juga jadi Imam sekaligus khatib. Itu semua dilakukan karena masih semangat untuk terus belajar, mendekati setitik debu kesempurnaan-Nya, dan mengeja alif-ba-ta kehidupan.

Sosok yang aktip sejak mahasiswa di intra maupun ekstra kampus ini, pernah menjadi pengurus Madrasah Development Center (MDC) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, tahun 2007-2008. Bahkan kiprah Nurdin dibuktikan melalui keterlibatannya, baik sebagai anggota maupun ketua  pada banyak organisasi sosial kemasyarakatan, seperti Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Wakil Sekretaris PCNU Kuningan, dan Wakil Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Syiarul Islam Kuningan.

Beberapa kali membentur tembok ketidakpastian sejarah, akhirnya berhasil juga jadi abtenaar, (PNS). Tiap pagi dia menelikung kepolosan dengan bercita-cita ingin jadi pejabat negara, sebuah cita-cita yang tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, pekerjaan sehari-harinya adalah merenung, menulis, membaca, dan corat coret pada dunia yang tak bernama lainnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun