Ada ungkapan Toenggoel P Siagian, bahwa;
"Profesi keguruan tidak memiliki bergaining position yang kuat dalam masyarakat" posisi disini adalah posisi secara finansial.
Kiranya tidak berlebihan, bahwa profesi guru bukan jabatan untuk memperkaya diri. Oleh karena itu, guru yang benar-benar baik akan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan ungkapan  he lives to teach dan bukan  he teach to live, sehingga mission sacre seorang yang bermartabat guru adalah mengabdikan dirinya bagi perkembangan pendidikan.
Profesi  guru merupakan pekerjaan yang mulia sebagai kader pendidik anak bangsa yang akan menghasilkan manusia pembangunan.
Oleh karena itu, wajar kiranya nasib guru harus lebih diperhatikan. Mengingat dukungan kesejahteraan guru saat ini masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan perjuangan, pengorbanan, dan pengabdiannya.
Ah, ternyata hidup guru bukan hanya sekedar nyanyian Hymne yang telah meninabobokan, sehingga ia terlena dan lupa terhadap apa yang selama ini menjadi haknya.
Hidup guru, sama dengan hidup para konglomerat, para pebisnis, artis dan lainnya. Yaitu perpaduan hidup yang memadukan keseimbangan antara hak dan kewajiban, sebagaimana yang didambakan oleh semua orang.
Peran di Masyarakat
Masyarakat menempatkan guru, pada tempat yang lebih "terhormat". Di lingkungannya mereka para guru masih dihormati, karena dari seorang guru masyarakat masih mendamba ilmu pengetahuan.
Keberadaan guru bagi bangsa adalah penting, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman yang membutuhkan jawaban.
Karena potret diri dimasa depan tercermin dari potret guru masa kini, dan gerak maju sebuah dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra guru di tengah-tengah  masyarakat.
Berbicara tentang masa depan bangsa adalah berbicara tentang pendidikan.
Berbicara pendidikan tentunya juga berbicara tentang guru. Karena gurulah yang menangani anak didik supaya berkualitas sekitar dua puluh lima tahun kedepan.