Apa enaknya jadi anggota dewan? Pertanyaan itu memutar di kepala saya, tepat jam 00.00, kebiasaan saya menulis memang pada jam-jam malam. Baik itu menulis artikel pendek, atau menulis buku. Pikiran saya melayang 28 tahun yang lalu ketika bersama lima orang teman di satu “padepokan” keilmuan di kampus IAIN (sekarang UIN Sunan Gunung Djati) Bandung. Kami berlima saling mempertanyakan, mau jadi apa nanti setelah keluar dari IAIN. Dua orang menjawab dengan tegas mau masuk partai politik dan jadi anggota dewan. Tiga orang mau jadi ilmuan. Dua orang memang terbukti jadi anggota Dewan. Satu menjadi anggota DPRD, yang satu lagi anggota DPR RI. Sementara yang tiga termasuk saya tidak jadi ilmuan. Dua orang mengajar di SMA, sementara saya “tersandung” jadi birokrat yang belum ningkat-ningkat. Entah kapan, yang jelas harus banyak bersabar seperti di dunianya para malaikat.
Ketika ketemu, atau lewat whatsApp, saya tanya yang jadi anggota dewan ini. pertanyaan pertama saya sampaikan kepada anggota DPRD. Apa enaknya jadi anggota dewan? Dia jawab tidak enak katanya, terbukti dia periode ini tidak mencalonkan diri lagi. Dengan alasan di dunia politik banyak intrik, saya difitnah dan lain sebagainya, jelas itu bukan dunia saya katanya. Padahal, ketika mahasiswa dia adalah orang pergerakan, tukang demo. Pernah memimpin demo ke Jakarta, tapi ketika jadi anggota dewan dia kewalahan.
Teman yang satu lagi di DPR RI, periode ini dia mencalonkan lagi. Ketika saya tanya, apa alasan ingin menjadi anggota dewan? Dia menjawab ingin mensedekahkan pikirannya kepada Negara. Jawaban yang menggetarkan qalbu saya. Wah bagus bener alasannya, mudah-mudahan bukan karena gaji besar kata saya. Memang teman yang satu ini sering nongol di televisi sebagai nara sumber, atau mewakili partainya. Dan direlung hati yang paling dalam, saya kagum dan terkesima, mempunyai teman yang lincah lihai dan adu debat, sebuah modal yang harus dimiliki oleh seorang anggota dewan.
Ditengah kebanggaan saya pada teman yang satu ini, tiba-tiba altar pikiran saya pun menari-nari mencari jawaban yang pasti, kenapa ada anggota dewan yang terlibat korupsi. Ketika saya baca di sebuah surat kabar, ada sebuah pengakuan yang jujur dari anak kecil, seorang bocah anak anggota dewan. Dia menyesal punya ayah yang anggota dewan, karena ada anggota dewan yang terbelit korupsi, karena terbawa arus hedonisme duniawi. Tentu tidak semua anggota dewan terlibat korupsi, ada juga yang menepati janji, dan alus budi. Tapi kalau komposisi anggota dewan yang sekarang 80% mencalonkan kembali, hati ini menjadi risi, bukan karena tidak kebagian hasil upeti, namun itu semua sudah mengingkari hati nurani. Kalau semua itu terjadi, kita hanya memohon kepada Tuhan yang Maha Suci, semoga negeri ini tetap lestari.
Tanggal 14 Februari 2024, adalah saat simbolik dimana rakyat “digiring” untuk memilih para wakilnya baik di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, dan DPD. Walaupun kecaman, tudingan yang miring kepada anggota dewan saat ini, marilah kita hentikan sejenak menuju TPS. Hentian sejenak itu akan membangun peradaban 5 tahun kedepan. Oleh karena itu, jangan salah pilih. Saya yakin seyakin yakinnya para anggota dewan sekarang sedang menumpahkan kegelisahan kepada Tuhan-Nya. Arasy Allah sekarang sedang diguncang sibuk menerima doa-doa para calon anggota dewan. Semoga tidak salah wirid saja.
Ada sebuah kelakar, kelakar ini memang pas disematkan kepada caleg 2024 ini. kalau sebelum jadi anggota dewan dia semangat mewiridkan ayat kursi, setelah jadi anggota dewan dan dilantik, dia lupa pada ayat-nya, yang dia ingat hanya kursi-nya. Semoga kursi ini membawa keberkahan tidak hanya di dunia tapi keberkahannya sampai ke alam keabadian, itulah sesungguhnya hakikat hidup kita.
Enam Jenis Calon Pemilih
Yang sudah terlanjur mencalonkan diri untuk menjadi anggota dewan, saya punya tips sederhana mudah-mudah bermanpaat. Inilah enam jenis calon pemilih Anda.
Pertama, Tipe Antipati. Orang dalam kategori ini dipastikan tidak akan memilih Anda, bukan hanya itu, ia mungkin menjelek-jelekan Anda yang pada intinya orang lain supaya tidak memilih Anda.
Kedua, Tipe Acuh. Orang dalam kategori ini mungkin karena tidak kenal atau masa bodoh dengan Anda. Orang dalam kategori ini kemungkinan tidak memilih Anda. Ketiga, Tipe Memperhatikan. Orang dalam kategori ini berpeluang besar akan memilih Anda. Ia akan mempelajari latar belakang, kehidupan sehari-hari dan lainnya. Ada rasa penasaran mereka yang ingin diketahui. Orang dalam kategori ini berpeluang besar memilih Anda.
Keempat, Tipe Simpati. Orang dalam kategori ini simpatik. Mungkin tidak bisa dipastikan alasannya. Bisa jadi karena Anda dipandang orang baik, tepat janji, punya kinerja bagus, pemberani, punya prestasi yang dianggap bisa diandalkan, dan sebagainya. Hampir dipastikan orang dalam kategori ini akan memilih Anda.