Mohon tunggu...
Muhamad Alfin Firdiansyah
Muhamad Alfin Firdiansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Sport Enthusiast

Menulis supaya tetap waras.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Warisan "The Mad-Nerd"

27 Februari 2024   11:10 Diperbarui: 27 Februari 2024   11:13 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Delapan trofi sudah dipersembahkan Jurgen Klopp untuk Liverpool selama menjabat sebagai sang peramu strategi tim kota pelabuhan tersebut. Premier League (1), trofi “Si Kuping Besar” alias Liga Champions (1), EUFA Super Cup (1), Piala Dunia Antar Klub (1), FA Cup (1), Community Shield (1), dan terakhir adalah Carabao Cup (2).

Dengan ini, lengkap sudah Klopp mengantarkan anak asuhnya sebagai kampiun di semua kompetisi lokal dan internasional. Walau sebenarnya masih ada Europa League yang belum pernah ia raih Bersama The Reds, tapi sangat mungkin tahun ini bisa ia selipkan ke jajaran trofi Anfield mengingat Liverpool masih melaju di babak 16 besar kompetisi kasta kedua Eropa tersebut.

Namun yang paling menarik, The Mad-Nerd, julukan yang ditahbiskan kepada Jurgen Klopp karena Kesintingan dan Ke-eksentrikannya dalam melatih, adalah keberanian dan keyakinannya dalam memberikan menit bermain kepada para talenta-talenta muda baik dari akademi maupun rekrutan.

Dimulai dari Trent Alexander Arnold yang menginisiasi keyakinan para Liverpudlian akan keberanian Klopp menurunkan pemain Bau Kencur. Kemudian Curtis Jones yang menambah keyakinan The Kops akan kualitas yang dimiliki generasi baru Liverpool. Disusul oleh Caoimhin Kelleher yang memulai debutnya di tahun yang sama dengan Jones, 2019.

Bahkan Kelleher sudah dua kali mengantarkan Liverpool menjadi juara di Carabao Cup (2021/2022 & 2023/2024) dimana di dua laga final tersebut kiper berambut blonde ini menjadi pemain yang sangat krusial. Mencetak gol saat adu penalty di final pertama, disusul dengan berhasil menjaga keperawanan gawangnya di final kedua.

Telegraph.co.uk
Telegraph.co.uk

Anak muda yang kini sepertinya sudah mulai dilirik menjadi tulang punggung tim Merseyside tersebut. Apalagi ditengah hantaman badai cedera yang dialami para punggawa inti Liverpool, semakin menambah jam terbang mereka. Bahkan Kelleher kini menjadi opsi utama Klopp menggantikan Alison yang menemani Joel Matip di kursi pesakitan.

Terselip juga nama Harvey Elliot, yang walau bukan didikan asli Kirkby, tapi Klopp bisa dibilang berani memboyong bocah yang saat itu berusia 16 tahun ke Anfield. Diangkut dari Fulham di tahun 2019, Elliot ditugaskan Klopp untuk magang terlebih dahulu di Blackburn Rovers selama satu musim (2020/2021) untuk mengerek sekaligus mengasah performanya.

Terbukti, dengan total 41 games yang ia mainkan selama berseragam The Riversiders membuat pemain yang berposisi di tengah lapangan ini menjadi semakin ranum untuk dipetik.

Tak berhenti sampai disitu, pelatih yang semasa aktif bermain berposisi sebagai striker dan defender tersebut sepertinya punya kecanduan untuk mengorbitkan para tunas-tunas muda nya ke level yang lebih tinggi.

Nama-nama seperti Bobby Clark (19), Jayden Danns (18), Ben Doak (18), James McConnell (19), Jarel Quansah (21), dan Conor Bradley (20) kini sudah mulai banyak kena sorotan publik dibawah tangan dingin Jurgen Klopp. Nama terakhir bahkan kini digadang-gadang akan menjadi saingan ketat Trent Alexander Arnold di posisi full back kanan.

Gettyimages
Gettyimages

Berlian-berlian mentah ini sudah mulai dipoles Klopp dengan memberikan mereka porsi bermain yang lebih banyak di kompetisi-kompetisi non-Liga, seperti EFL dan FA Cup sejak beberapa musim lalu.

Hasilnya bisa kita lihat di laga final kontra Chelsea di FA Cup beberapa hari lalu. Intensitas, agresivitas, mentalitas, dan agilitas para serdadu muda ini tak kalah dengan pemain-pemain senior.

Mengusung panji Bangau Merah di dada mereka ditambah lecutan motivasi dari gemuruh Wembley seolah membuat mereka tidak terlihat canggung.

Lalu jangan lupakan nama Stefan Bajcetic. Direkrut Klopp dari akademi Celta Vigo di tahun 2020, Bajcetic sudah mengemas 11 laga Premier League bersama Virgil Van Dijk dkk. Memulai debutnya di bulan Agustus 2022 kala meluluhlantakan AFC Bournemouth 9-0, Bajcetic sempat menjadi titik terang di tengah krisis lini tengah Liverpool.

Sayang, cedera membuatnya harus menepi dari lapangan terlebih dahulu sejak pertengahan tahun kemarin. Sempat bermain kembali di September lalu sebagai starting eleven di match pertama UEL, namun harus ditarik keluar karena alasan kebugaran.

Pep Ljinders mengatakan melalui situs resmi Liverpoolfc.com bahwa Bajcetic belum bisa dipastikan kapan akan bisa diturunkan. Menarik untuk menunggu kontribusinya kembali.

Kebutuhan Liverpool akan skuad yang mumpuni untuk mengarungi sisa musim ini akan menjadi tantangan terberat Jurgen Klopp. Minimnya sokongan finansial dari FSG, ditambah berjejernya pemain-pemain inti di daftar cedera bisa dipastikan membuat sang pelatih pusing berat.

Harapannya saat ini adalah mempercayakan kekosongan sementara pilar-pilar utama Liverpool di kaki para pemain mudanya. Sembari menunggu Salah dkk kembali merumput untuk mengejar gelar Premier League yang bisa kapan saja disikut Manchester City dan Arsenal.

Menjadi musim terakhirnya di Liverpool, Klopp masih terbuka lebar untuk mempersembahkan beberapa trofi. Pasca trofi EFL, masih ada Premier League, UEL, dan FA Cup yang masih bisa diangkat Jurgen Klopp Bersama Liverpool.

espn.com
espn.com

Tapi ini bukan hanya tentang simbolitas dalam bentuk trofi semata yang menjadi warisan sang sutradara lapangan hijau asal Jerman tersebut. Ini tentang warisan tim nya yang beresonansi dengan hati seluruh penggemar Liverpool di seluruh dunia.

Klopp telah membuat mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Dari mengangkat trofi Liga Champions untuk keenam kalinya hingga mengakhiri penantian selama 30 tahun untuk menjadi juara Inggris, ini merupakan salah satu masa kejayaan dalam sepak bola Inggris.

“Dalam 20 tahun, jika anda berbicara tentang tim ini, saya tidak akan terkejut jika orang-orang akan berkata: Ya, mereka bagus, tetapi mereka seharusnya memenangkan trofi lebih banyak”, ujar Klopp.

Sentimen ini sekaligus menggarisbawahi sebuah narasi bahwa, terlepas dari bayang-bayang rekor prestasi Manchester City, Liverpool asuhan Klopp telah mengukir namanya dalam sejarah dengan tinta yang tidak terhapuskan.

Sebuah rollercoaster emosi dibarengi perjalanan yang diselingi oleh penampilan final di berbagai kompetisi yang menceritakan kisah tentang ketangguhan, inovasi, dan pengejaran kejayaan tanpa henti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun