Panasnya Jakarta, menyengat di wajah,Menguras keringat, menyakitkan kulit,Mendidihkan aspal, membuat badan lelah,Menghangatkan udara, menyebabkan sesak.
Jalanan penuh, dengan kendaraan berdesak-desak,Pemandangan kota yang kian memenuhi,Asap yang mengepul, membuat penglihatan kabur,Menambah panas yang sudah cukup membuat kita cemas.
Namun di tengah panas yang menyengat,Ternyata masih ada yang tersenyum,Menikmati panas yang mendera,Menerima panas sebagai bagian dari hidup.
Panas Jakarta, menjadi bagian dari kita,Membentuk karakter kita, menjadi lebih kuat,Menyadari bahwa di tengah panas yang menyengat,Masih ada cahaya, masih ada harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H