Mohon tunggu...
Muhamad MiftahFarid
Muhamad MiftahFarid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

lebih senang pada konten lucu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemberontakan Petani Kaplongan Indramayu

29 Juni 2023   20:45 Diperbarui: 29 Juni 2023   20:54 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemberontakan Petani Kaplongan Indramayu

Bangsa jepang sebagai bangsa yang disanjung-sanjungkan oleh indonesia saat itu yang datang ke Indonesia sebagai pembantu rakyat dalam meraih kemerdekaan seperti pernyataan mereka yang merupakan saudara tua bangsa indonesia. Hal tersebut kemudian memberikan kesenangan kepada rakyat indonesia. Akan tetapi dari buaian kesenangan tersebut, jepang memanfaatkan hal tersebut untuk kebutuhan mereka dengan memanfaatkan kekayaan alam indonesia salah satunya komoditi padi.

Pulau jawa yang menjadi penghasil terbesar beras memantik semangat jepang melakukan ekspansi kewilayah tersebut guna memelihara kekuasaannya, salah satunya diwilayah Indramayu sebagai wilayah penghasil beras. Untuk mengelola padi ini, maka pemerintah jepang pada Agustus 1942 menerapkan peraturan dengan mendirikan  Shokuryo Kanri Limusyo atau kantor pengelolaan pangan. Badan tersebut berkerja dengan mengelola harga padi, jumlah padi yang akan dibeli masyrakat, dan pengelolaan pembelian dan penyaluran padi.

Peraturan badan diatas juga melarang para petani menjual padinya kepada selain pemerintah dan nilai jual padipun ditentukan pemerintah sebanyak jumlah padi yang ditentukan. Selain itu terjadi pelarangan bagi petani untuk menjual kepada tengkulak apabila kelebihan beras. Pada tahap peraturan tersebut petani masih menyangupi keinginan pemerintah jepang, namun berbeda ketika pemerintah jepang membuat peraturan baru agar hasil panen mereka diserahkan semua ke pada pihak jepang kecuali sedikit beras untuk kebutuhan mereka untuk kelangsungan hidup.

Dari peraturan yang tidak manusiawi tersebut muncul perlawanan dari petani terhadap jepang khususnya petani Indramayu. Dimana bangsa jepang telah mendarat di Indramayu sejak 3 maret 1942 di daerah Eretan tepatnya diwilayah Kampung Sumur Sereh.  Selain itu para serdadu jepang berpangkat jenderal juga menduduki pendopo indramayu. Peraturan tersebut dibuat oleh jepang sebagai cara membantu mereka dalam melawan sekutu ketika perang Pasifik.

Salah satu perlawanan petani yang dilakukan adalah Perlawanan Petani Kaplongan yang terjadi pada tahun 1944. Diwilayah kaplongan ini perlawanan terjadi diawali peraturan wajib serah padi dari pemerintah jepang, dimana setiap warga yang panen harus menyerahkan seluruh hasil panennya kepada pihak jepang. Setelah itu, pihak jepang hanya memberikan padi kepada petani sebesar 5 kg untuk kelangsungan hidup petani hingga masa panen berikutnya, serta biaya yang dikeluarkan petani selama menggarap sawahpun ditanggung oleh petani sendiri.

Dengan adanya hal tersebut, para petani melakukan protes sehingga terjadi ketegangan antara petani dan para pemungut padi yang terjadi tiap di desa hingga ke Son (kecamatan).  Akhirnya terjadi perlawanan di kaplongan pada maret 1944. Mendengar hal tersebut para tentara jepang dari Cirebon mengerahkan pasukan menuju desa kaplongan.

Pada suatu saat H. Aksan seorang yang memiliki perkumpulan padi dan menolak penyerahan padi didatangi oleh camat Karangampel bernama Majanidasastra dan kemudian sang camat memerintahkan polisi menangkap H Aksan. Setelah itu H. Aksan dibawa dari rumahnya ke balaidesa namun dihadang warga agar tidak membawa H. Aksan.   Dari hal tersebut terjadilah kericuhan diantara warga dan polisi dengan sesekali polisi menembakan peluru guna melerai massa. Ketika  situasi yang semakin berbahaya, banyak polisi yang melarikan diri dari balai desa. Akan tetapi karena banyaknya warga yang mengepung polisi sehingga dari pihak polisi banyak yang menjadi korban karena banyak warga yang melempari polisi dengan batu sehingga banyak yang pingsan dan jatuh.

Pertempuran diatas terjadi sekitar dua jam dan para warga juga menghancurkan truk jepang yang data ke desa. Akan tetapi para tentara jepang mengundurkan diri karena khawatir akan bentrok kembali dengan warga desa.  Kemudian pihak jepang mengutus Kiai Abas dan Kiai idris untuk menciptakan keamanan guna menghadapi warga desa. Pihak warga desa kemudian menerima kedatangan para kiai beserta polisi dan tentara jepang tetapi masih terdapat rasa curiga pada hati warga.

Pada pertemuan ini kiai abas menjelaskan bahwa para tentara jepang mengajak rakyat berunding yang akan dilaksanakan di Desa Karangampel. Selain itu rakyat diperintahkan mengirimkan perwakilan untuk perundingan tersebut. Namun warga mengajukan persyaratan agar selama perundingan kedua tokoh ulama yang dibawa oleh jepang agar tinggal di kaplongan sebagai sandera. Akan tetapi dari pihak jepang membuat list daftar orang yang menjadi pelaku pemberontakan saat itu dengan mengirimkan inteligen guna memata-matai mereka.

Ketika kondisi tenang mulai orang yang terdaftar dalam list ditangkap satu persatu seperti Kiai sidik yang ditangkap pertama kemudian menyusul:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun