Mohon tunggu...
muh alhusaini19
muh alhusaini19 Mohon Tunggu... Lainnya - publikasi

Menulislah jika itu bisa membuat segalanya reda~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Memproduksi, Mengonsumsi dan Membatini Produk Kebudayaan

8 September 2022   14:28 Diperbarui: 8 September 2022   15:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam pengertian yang agak jadul "Literasi" diartikan melek huruf, jadi orang yang bisa baca tulis itu disebut literer.

Tapi sebetulnya definisi atau pengertian literasi semacam itu sudah lama kita tinggalkan.  

Katakanlah sekitar tahun 2010 sampai ke hari ini ketika kita berbicara tentang gerakan literasi, yang kita maksud bukanlah semata soal buta huruf atau melek huruf dan seterusnya. Akan tetapi "sifat kemelakan"  yang lebih luas terhadap produk kebudayaan, seperti suka membaca buku, menonton film, menikmati berbagai macam pertunjukan budaya.

Jadi bentuk dasarnya tentu berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis, dan secara umum artinya mengonsumsi kebudayaan dan memproduksi kebudayaan, itu inti utama literasi.

Dalam konteks sejarah pemikiran, literasi ini dihimpun atau dirumuskan dalam suatu konsep yang kemudian dikenal sebagai "Respublica Literaria", suatu republik imaginer yang tersusun atas kegiatan tulis-menulis dari beberapa orang dari berbagai belahan penjuru eropa yang saling berkorespondensi satu sama lain. Orang-orang ini bisa kemudian terhubung dan menjadi gejala awal timbulnya gerakan literasi ini karena adanya satu revolusi dalam tekhnik percetakan saat itu dan tentu saja korespeondensi antara penikmat-penikmat kebudayaan itu sendiri.

Lalu mengapa literasi yang dalam kacamata "sifat kemelekan terhadap produk kebudayaan itu lebih tajam dari sekedar "melek atau buta huruf" ?

Misalnya, sebagai manusia, kita belum tentu punya kemampuan untuk mempersepsi keindahan dari asosiasi rasa ataupun pengalaman-pengalaman esetik kita,  untuk dapat mengapresiasi keindahan-keindahan yang subtil seperti ini bisa kita ketahui karena kita memaparkan diri kita dalam berbagai macam produk kebudayaan dan itulah tujuan dari literasi. Ketika kita berhadapan dengan berbagai macam ekspresi budaya ataupun gaya pemikiran, maka kita didorong untuk memiliki sensibilitas, punya kepekaan dan akhirnya punya pandangan otoritatif sendiri yang merdeka. 

"Aku punya sikap moral ini, adalah memang karena ini benar. Bukan karena perintah si ini, perintah si itu, bukan karena perintah konsruksi sosial, atau bahkan menurut klaim kebenaran moral itu sendiri dan bertentangan dengan kepentingan pribadiku"

Nah, itulah sikap, sikap itu tidak akan muncul ketika kita hanya diberi hafalan. Sikap itu hanya akan muncul ketika kita aktif lalu orgasme menikmati kekhidmatan dari berbagai macam produk kebudayaan itu. 

Jika di ukur dengan orang-orang pada era Respublica Literaria tentu kita sekarang jauh lebih unggul secara tekhnologi dan akses informasi, hanya saja permasalahannya saat ini kita hanya terbuai pada keberlimpahan informasi sehingga yang lahir hanyalah kepragmatisan, sering kali kita menerima mentah-mentah informasi-informasi, kita tidak melakukan pembatinan terhadap informasi-informasi yang melimpah ini sehingga kita tidak bisa menghasilkan sikap kita sendiri dan menjadi cetakan-cetakan kepribadian orang lain.

Disinilah tantangan kita tentang literasi dewasa ini, bukan sekedar tentang buta atau melek huruf dan mengakses begitu banyak informasi, tetapi lebih jauh dari itu, kita harus merasakan, dan mengambil sikap personal untuk menghadapi situasi itu.
Jadi mau tidak mau kita harus turut ikut serta mengonsumsi,memproduksi,membatini produk-produk kebudayaan sehingga timbul satu rasa simpati terhadap proses berbudaya, berpikir orang lain.

Selamat merayakan hari aksara internasional 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun