Malah mungkin diri ini adalah diri yang tidak pernah menyentuh atau belajar pengetahuan agama. Maka tidak heran dalam kehidupan ini orientasi cinta pada dunia lebih utama dibandingkan dengan orientasi yang lain.  Kondisi ini bukan karena diri tak memiliki keinginan untuk  menemukan jiwa yang hilang.  Namun semua ini diakibatkan oleh penjara pemahaman dan pengetahuan yang sangat kuat sehingga diri tak mampu keluar dari cengkeraman pengetahuan yang ada.
Jika diri berani keluar dari pandangan pengetahuan yang berkembang mungkin akan divonis oleh manusia lain sebagai orang yang aneh dan "tidak logis/ilmiah" akibat  berbeda pendapat dengan pengetahuan yang mapan di masyarakat.  Maka ketakutan adalah unsur utama menjadi penghalang diri untuk keluar dari kemapanan ilmu yang sudah ada. Ketakutan akan kehilangan identitas diri di mata masyarakat inilah menjadikan diri malas untuk belajar sesuatu yang berbeda sehingga diri hanya selalu menjadi "follower" atas pemahaman yang sudah ada.
Padahal diri selalu diingatkan bahkan mungkin selalu berdoa agar mendapat kehidupan yang nyaman atau bahagia di dunia dan di akherat. Â Namun ternyata penjara pengetahuan yang selama ini ada tidak mungkin mengenalkan akhirat (karena ukurannya juga material juga). Â Jika ternyata kondisi kita seperti ini apakah mungkin diri termasuk orang yang selamat dalam kehidupan manakala orientasi pengetahuan yang dimiliki masih sebatas ini.
Maka tugas diri harus berani merubah atau mendekonstruksi kepemilikan ilmu atas orientasi yang kehidupan sekarang ini. Â Bukan meninggalkan orientasi kehidupan dunia (karena asupan fisik diperlukan) melainkan melakukan perubahan motivasi dalam kehidupan melalui pencarian pengetahuan yang merupakan asupan untuk jiwa. Â Asupan non materi agar jiwa manusia tumbuh dimulai dengan 1) membersihkan hati 2) melebarkan kapasitas 3) menyempurnakan fungsi dan tugasnya.
Pencarian jiwa dengan asupan tersebut ternyata melalui tiga level yang saling berkaitan dan dimulai dengan mencari pengetahuan tentang pembersihan hati. Â Pemahaman tentang hakekat hati yang merupakan sebagai sebuah bangunan yang didalamnya dihuni oleh "cahaya kebenaran" yang murni tanpa ada kontaminasi/dipengaruhi oleh aspek lain selain sebagai sarana kerja manusia. Â Sarana kerja disini adalah hati adalah bentuk pertimbangan terakhir dari seluruh informasi yang masuk melalui pikiran-perasaan dan keinginan manusia.
Pengetahuan tentang pembersihan hati akan membuat hati bekerja secara maksimal sehingga kerja diri manusia dalam aktivitas sehari-hari. Â Kerja hati yang bersih inilah menjadikan diri hidup dalam keseimbangan penuh antara kehidupan horizontal dan vertikal secara seimbang dan bersamaan (simultan). Kerja hati yang demikian akan menjadikan diri dalam kehidupan akan selalu selaras dengan hakekat manusia yang sesungguhnya sehingga hidup selalu melakukan ibadah.
Pencarian pengetahuan tentang pembersihan hati bukanlah perkara yang mudah untuk di dapatkan. Â Namun pasti akan didapati manakala diri terus berproses dalam melakukan "baca" atas Buku Panduan hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta. Â Proses yang panjang ini bukan untuk meraih harapan mendapati hati yang bersih namun perjalanan panjang dalam "baca" adalah bentuk pengkikisan dan pengisian atau pembangunan hati yang bersih untuk menjadi manusia yang selalu "kerja".
Pengetahuan tentang melebarkan kapasitas adalah bukan berorientasi pada pintar atau pandainya dan banyaknya ilmu yang dimiliki setiap diri manusia. Â Melainkan sebagai bentuk pembuangan "sesuatu yang menyelimuti atau mengotori" hati yang dimiliki. Â Dengan pembuangan ini menjadi kan hati yang bersih dan bening tanpa noda karena tidak ada lagi kotoran (hadast) dan selimut yang selama ini membuat kerja diri tidak pernah dilakukan dengan hadirnya hati di dalam setiap aktivitas kehidupan manusia.
Dan hal ini membuat hati akan semakin besar kapasitasnya dalam menampung pengetahuan yang benar sehingga mampu bekerja sebagai "as/motor" kerja dari indra manusia.  Bagaikan kerja sebuah roda ketika "as/motor" dapat bekerja dengan baik maka akan menjadikan putaran roda  dapat berjalan dengan lancar sehingga menjadikan hidup diri manusia tidak di dominasi oleh ego yang muncul untuk memuaskan salah satu indra yang dimiliki.
Sebuah tugas utama yang seharusnya dilakukan oleh setiap diri manusia untuk selalu berusaha membersihkan hati agar kapasitas diri dapat bekerja secara maksimal. Â Maka kapasitas diri bukan diukur dari kepandaian yang dimiliki namun kedalam hati dalam mengambil langkah yang harus dilakukan dalam setiap aktivitas. Â Karena kepemilikan hati yang bersih ini hidup diri akan selalu dalam semangat berkebaikan dan tidak akan pernah merugikan diri manusia lain ataupun alam semesta.
 Pengetahuan tentang fungsi dan tugasnya tidak lain adalah mencari kesadaran diri tentang tujuan diri diciptakan sebagai manusia.  Ilmu kesadaran inilah puncak dari segala pengetahuan yang ada dan berkembang di dunia ini.  Karena dengan tumbuhnya kesadaran yang dimiliki akan memunculkan motivasi hidup yang tinggi karena akan menjadi diri yang "semeleh" dengan kondisi namun  selalu semangat dalam melakukan kerja dengan motivasi yang tinggi.