Kesadaran dalam hidup inilah yang menjadikan diri memahami bahwa hidup ini hanya sekedar menjalani. Â Karena semua bekal sudah diberikan oleh Sang Pencipta. Â Sedih atau bahagia adalah cerita dalam diri selama menyusuri jalan nikmat yang diberikan. Â Maka tidak ada lagi kata mengeluh dan sedih ataupun menggugat nikmat yang telah dibekalkan kepada diri semua. Â Dan kondisi yang demikian maka jadilah diri kita sebagai manusia yang berakal dan selalu bersyukur.
Umur dan Menyusuri jalan Nikmat
Diri kita sadar bahwa tidak setiap manusia kuat dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Â Namun apakah diri kita memilih untuk menjadi orang yang lemah dalam kehidupan di dunia ini. Â Sehingga perlu mencari "obat kuat" yang lain agar diri kita dapat dipandang orang lain sebagai orang yang kuat dalam menyusuri kehidupan ini.
Obat kuat yang dicari biasanya adalah hal-hal yang kurang baik untuk bangunan kesabaran. Â Ibarat diri menyembelih hewan untuk dijadikan makanan namun tangan kita berlumuran dengan kotoran. Â Sepertinya tidak ada rasa nikmat yang diperoleh ketika harus menyantap daging hewan itu dengan kondisi seperti itu. Â Karena prosesnya semua itu dengan obat kuat dan meninggalkan nilai kesabaran yang seharusnya dibangun.
Kondisi kehidupan sekarang ini ibarat seperti diri dalam keadaan terjerat dengan jeratan tipu daya kehidupan dunia. Â Ketiadaan dan jauhnya pemahaman ilmu yang sesungguhnya menjadikan diri hanya memiliki orientasi pada kehidupan yang nampak agar selelu terlihat indah dan bahagia. Â Namun kondisi yang indah dan bahagia ini adalah memakai ukuran ukuran jasadiyah atau fisik semata dan jauh dari nilai "materi yang seharusnya dicari".Â
Maka tugas diri adalah wajib memiliki orientasi berpikir bahwa kehidupan ini tidak hanya untuk di dunia saja dan memiliki keterbatasan umur. Pendeknya umur yang kita miliki janganlah disibukkan dengan mengerjar angan-angan semata. Â Karena jika demikian maka diri akan terjebak dengan penyakit "akan dan akan" yang merupakan jebakan kehidupan dunia semata.
Terjebaknya diri dalam keadaan yang demikian menyebabkan perahu umur tidak menempuh perjalanan yang sebenarnya. Â Umur tetap melaju bagaikan perahu yang terus bergerak mendekati pada pantai kematian. Â Ketika terjebaknya dengan hal ini maka diri akan terkejut ketika perahu sudah mendekati liang kubur tanpa membawa bekal yang seharusnya disiapkan karena hawa nafsu masih menguasainya.
Mumpung diri masih diberi kesempatan karena belum dekat dengan pantai kematian maka dibutuhkan kesadaran untuk menemukan bekal yang seharus dibawa dalam perahu umur. Â Bekal ini adalah dicari dengan menemukan pengetahuan yang sebenarnya tentang kehidupan. Â Maka tugas belajar adalah hal utama dalam hidup setiap manusia.Â
Dengan belajar yang baik maka diri akan menjadi orang yang sadar tentang hidup ini dan menjadikan bagian dari bangunan kesabaran yang seharusnya dibangun. Â Kondisi ini akan menjadikan diri tak mudah menjadi pribadi yang "kagetan" dan mudah terprovokasi dengan drama-drama yang dibangun untuk menyesatkan arah kehidupan manusia.
Penutup
Umur adalah rute untuk menyusuri jalan nikmatnya hidup di dunia ini. Â Kesadaran akan mengingatkan selalu agar diri menyiapkan bekal yang dibawa dalam perahu untuk menuju pantai kematian. Â Kesadaran demikian akan membawa diri pada kebahagian hidup dan tak pernah mengenal rasa mengeluh dan putus asa dalam mengarungi bahtera kehidupan manusia.