Banyak peristiwa sekarang ini silih berganti terjadi di sekeliling kita dan menjadi tajuk utama di media informasi yang ada. Â Mulai dari wabah covid yang sampai sekarang ini belum reda hingga peristiwa baru sebuah "sandiwara di penegak hukum" yang terjadi. Peristiwa atau kasus kasus tersebut menjadikan pusat perhatian masyarakat dan menjadi perenungan apakah hanya terbuai dan sekedar pemerhati dalam mengikuti kabar terbaru yang terjadi atau mampu menangkap makna yang dihubungkan dengan kondisi kehidupan diri kita sekarang ini. Â
Ketika diri tak memiliki kemampuan untuk memaknai maka ibarat diri hanya sebagai penonton yang menunggu hasil akhir dari peristiwa yang disajikan oleh media masa. Â Hal ini sepertinya diri kita adalah hanya sekedar buih yang terombang-ambing dalam arus drama kehidupan. Â Maka hal ini mengakibatkan hasilnya adalah sebuah komentar atas perasaan senang dan sedih dari peristiwa yang sedang terjadi. Â
Atau malah mungkin tidak memiliki ketertarikan atas peristiwa yang "hangat" karena merasa tak memiliki dampak dalam kehidupan yang akan dijalaninya. Kondisi  demikian ini ibarat diri adalah masa bodoh atas  peristiwa yang terjadi sehingga tidak memiliki arti atau nilai baru tentang hidup yang seharusnya menjadikan tambahan pemahaman pengetahuan untuk bekal kehidupan di dunia ini
Namun ketika diri memiliki kemampuan maka akan memberikan bahan baru yang berupa pengetahuan agar mampu selalu memperbaiki posisi diri di kehidupan di dunia ini. Â Karena tidak mungkin Tuhan memberikan peristiwa lewat aktor-aktor manusia tanpa ada makna dibalik kejadian tersebut. Â Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan pemahaman pengetahuan untuk membangun diri agar selamat dari badai kehidupan di dunia ini.
Kenali Potensi Diri
Kehidupan manusia memang tak terlepas dengan keadaan dan kondisi yang terjadi di sekelilingnya. Â Keadaan ini memang karena keberadaan sudah melekat dalam kehidupan sehari hari akibat pengaruh yang berasal eksternal maupun keadaan yang diakibatkan oleh diri kita sendiri. Â Posisi diri yang demikian ini mengharuskan diri harus mampu mengelola sikap dan posisi agar tidak ikut arus dan terjebak dalam kondisi. Â Karena ketika diri hanya sekedar mengikuti arus maka ibarat memasuki penjara keadaan yang menyebabkan hidup hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan kondisi.
Banyak sindiran yang tertuju kepada diri kita yang mengatakan "apakah diri tak pernah berpikir/apakah diri tak pernah bersyukur?" atas terjadinya peristiwa-peristiwa yang ada. Â Ketika diri tak pernah berpikir atau merenung maka sindiran itu tidaklah dianggap menyakitkan karena diri sudah merasa dalam kehidupan selalu berpikir dan selalu mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta. Â Berarti mungkin ada yang salah dari cara atau prosesi diri dalam berpikir dan bersyukur selama ini yang mengakibatkan perbuatan tersebut tidak diakuiNYA.
Tidak mungkin sindiran itu diulang berkali-kali tanpa ada makna yang tersirat mengingat diri manusia adalah makhluk yang suka lalai dan senang berperang karena dalam hidupnya selalu di kelilingi rasa kuatir. Â Maka diulangnya sindiran tersebut adalah sebagai pengingat agar diri selalu berpikir untuk mencari hakekat dari sebuah kata atau peristiwa yang ada. Â Karena diciptakannya diri kita adalah sebagai makhluk yang memiliki derajat sempurna dan tertinggi dibandingkan dengan yang lain.
Oleh karena itu perlu kirannya dalam kehidupan ini diri mampu mengenal DIRI yang sesungguhnya melalui kepemilikan yang dimiliki oleh diri sekarang ini. Â Pengenalan diri yang sesungguhnya merupakan potensi yang sebenarnya dimiliki agar diri tak terjebak dalam kondisi yang menyebabkan dalam kehidupan selalu dalam rasa kuatir tentang perjalanan di kehidupan ini. Â Karena rasa kuatir inilah sebagai penyakit yang menjadikan lupa akan potensi diri sebagai manusia yang sesungguhnya.
Potensi diri merupakan sebuah kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan melalui proses berpikir secara mendalam. Â Karena dengan kemampuan ini diri kita akan memiliki kekuatan, kesanggupan, dan daya untuk mampu hidup dan mempertahankan hidup yang sesungguhnya di tengah himpitan godaan kondisi yang ada. Â Potensi diri manusia inilah yang merupakan jawaban atas protes dari para malaikat sewaktu menolak posisi diri diciptakan oleh Tuhan.
Kepemilikan potensi diri ini dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di dunia tanpa kecuali dan tanpa ada perbedaan di antara sesama manusia. Bahkan Tuhan pun mengingatkan diri kita ketika diri mau lahir di kehidupan di dunia ini mengenai potensi diri yang dimiliki agar selamat dalam kehidupan di dunia. Â Dalam mengingatkan pun diberikan alternatif apakah diri mau menggunakan potensi yang dimiliki sehingga menjadikan diri selamat atau lalai dengan potensi yang dimiliki sehingga mengakibatkan diri merugi dalam kehidupan di dunia ini. Â Â