Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Menembus Batas

13 November 2021   00:00 Diperbarui: 13 November 2021   00:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kehidupan manusia di dunia ini adalah hidup dengan segala macam batas, baik batas secara fisik maupun secara non fisik.  Ketika diri berbicara masalah batas fisik maka otomatis diri seperti melihat tembok yang ada di sekeliling kita atau kondisi diri yang terbatas seperti dalam penjara.  Dan bentuk keterbatasan ini menjadikan diri seperti orang yang hidup dalam kondisi tertindas atau malah ada yang merasa nyaman (comfort zone). 

Belajar dari pasien rumah sakit jiwa diri melihat ada banyak pasien yang terpenjara dalam keseharian. Mereka bak di penjara dua kali ada yang dimasukkan di kamar bahkan masih juga di rantai agar tidak membahayakan diri pasien atau orang lain.  Kondisi yang demikian si pasien seharusnya sedih dan putus asa jika "sehat" secara fisik.  Namun mengapa si pasien masih selalu merasakan semangat hidup yang tinggi sehingga memiliki keyakinan bahwa ingin hidup bebas?

Semangat ingin mendapatkan kebebasan dengan melakukan pemberontakan inilah yang mungkin di anggap sebagai sebuah kondisi yang membahayakan.  Sehingga si pasien perlu mendapatkan pengamanan ekstra dari rumah sakit.

Sebagian besar dari diri kita berpendapat bahwa mungkin fenomena orang gila tersebut adalah hal yang wajar karena si pasien tidak sehat pikiran atau mentalnya.  Dan mungkin juga berpikir ngapain harus memikirkan itu dan rasa gengsi jika belajar dari orang gila. Dibalik itu semua sebetulnya ada sebuah isyarat pemahaman yang harus dimaknai sebagai pembelajaran diri agar mencapai keselamatan dalam perjalanan kehidupan di dunia ini. Ketidak wajaran perilaku pasien dan gengsi diri kita (selaku orang waras) adalah batas atau pembatas dalam kehidupan diri.

Kebebasan dan batas kebebasan

Perkembangan jaman yang semakin pesat ini mengakibatkan diri selalu berpikir tentang kebebasan. Bahkan semuanya akan dihubungkan dengan politik yang ujung-ujungnya adalah demokrasi.  Diri yang terjebak dalam pemahaman ini akan berpikir bahwa kebebasan adalah sebagai sebuah tuntutan pemenuhan kebutuhan diri agar dapat merasakan senang atau "kepuasan".  Maka "apa yang ingin diri lakukan-harus dapat dilakukan, apa yang membuat diri senang-harus dikerjakan, meskipun semua dilakukan dengan cara apapun.  

Ketika ini terjadi pada penguasa maka mereka akan membuat aturan-aturan yang mensupport dirinya agar dapat melakukan semuanya. Jika ini terjadi pada bawahan maka akan melakukan segala cara untuk meruntuhkan dan merobohkan aturan-aturan tersebut.  Semua ini dilakukan agar diri dapat memuaskan hasrat dan ambisi untuk mengejar "kepuasan" dalam kehidupan.

Perilaku diri yang demikian sebetulnya tidaklah berbeda dengan pasien tersebut, namun karena diri merasa waras maka tidak akan mau disamakan dengannya.  Perilaku membuat aturan yang "seenaknya" dengan dalih yang baik dan perilaku pemberontakan atas aturan yang ada dengan cara yang tidak baik atau atas keyakinan atas ketidakmampuan kita (padahal belum diri kerjakan namun diri sudah berpikir "tidak"), merupakan bentuk keputusan akibat kekalahan peperangan yang ada dalam diri kita sendiri. 

Dua hal tersebut merupakan pembatas yang semu yang ada dalam diri kita.  Ketika pembatas semu ini menjadi sebuah pertimbangan dalam aktivitas maka akibatnya keseimbangan hidup tidak tercapai baik itu secara jasmani/ruhani ataupun secara materi/non materi.

Dan ketika diri sadar mungkin realitas ketidakseimbangan kehidupan sekarang inipun jauh dari nilai keseimbangan kehidupan.  Bukan menyalahkan modernitas yang sekarang terjadi namun mungkin karena basic root pengetahuan yang tidak menyentuhkan pada akar permasalahan pada hakekat kehidupan manusia.

Pengaruh filsafat kebebasan atau humanis yang menjadi dasar pengetahuan yang sekarang berkembang mengatakan bahwa melakukan suatu hal yang diinginkan dan bersenang senang dalam hidup adalah hak dasar manusia, jika diri tidak bersenang-senang dan merasa puas maka bukanlah manusia bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun