Sang guru berkata: "Ketahuilah anak-anakku, banyak ilmu yang ada sekarang ini berkembang di masyarakat.  Menurut diri kita semua ilmu itu bagus tapi belum tentu baik. Coba lihat perkembangan dunia sekarang ini sangat maju  mulai dari pembangunan sampai masalah pendidikan maju semua. Tapi mari kita renungkan apakah semua pengetahuan sekarang ini baik dan benar?"Â
 Setelah menghela napas sebentar guru berkata: "Kita semua menikmati kemajuan itu. Semua kemudahan di dapat bahkan diri kita sekarang ibarat tuhan yang butuh apapun tinggal pencet dan tanpa bersusah payah.  Tapi itu semua untuk mereka yang punya materi.  Tapi coba murid lihat diri manusia yang tidak punya materi apakah sama dengan yang tidak punya materi.  Jadi sekarang orang yang bermateri lebih akan bisa berlaku ibarat tuhannya manusia lain."
"Bahkan banyak guru bidang agama saja sudah lupa dengan tugasnya untuk menyiapkan generasi yang kuat. Â Oknum guru-guru tersebut seperti menjual pengetahuannya untuk sejumlah materi. Â Lebih lebih jika hubungannya dengan kekuasaan, para oknum guru tersebut seperti memelintir pengetahuan untuk melegalkan tindakan yang tidak legal. Â Semua demi apa? pasti jawabannya adalah demi ego diri yang ujung-ujungnya adalah materi dan popularitas diri."
Majelis itu terdiam sesaat karena sang guru terdiam. Â Disaat kondisi hening ini ada murid yang berbisik dengan temannya dan berkata: "wah berat ya... padahal katanya orang berilmu adalah ulama. Â Dan setiap ulama adalah kekasih Sang Pencipta. Â Trus ilmu yang gimana ya yang benar?" Â Temannya menjawab:"Ssstt... jangan keras keras terdengar guru nanti."
Ternyata sang guru mendengar percakapan mereka, dan berkata: "Bagus apa yang dirimu katakan hai si murid, saya suka kalo punya murid yang berpikir kritis seperti ini. Temenmu akan bingung menjawab itu. Tapi jangan kuatir guru akan menjelaskan."
Sambil berdiri sang guru menjelaskan tentang ilmu yang ada di dunia sekarang. Â Guru berkata: "Ketahuilah anaku, bahwa ilmu itu sebetulnya hanya satu karena ilmu itu datangnya dari sang Pencipta. Â Namun karena pemahaman diri manusia yang terbatas maka ilmu yang baik itu ditafsirkan secara salah. Â Hasilnya akan juga salah bukan kebaikan yang diraih melainkan malah ketidak seimbangan atau ketidakadilan atau kerusakan antara sesama manusia atau manusia dengan alam dan yang lebih parah menjadikan diri lupa akan Sang Pencipta. Â Semua ini dikarenakan mereka lebih percaya pada ilmu mereka dibandingkan dengan Buku Panduan manusia."
Guru melanjutkan: "Di dunia ini sebetulnya ada tiga aliran perkembangan ilmu. Satu, ilmu yang dikembangkan oleh manusia yang hanya memikirkan sebab akibat dari jasmaniah/fisik yang nampak. Â Kepercayaan tentang sesuatu yang tidak tampak itu tidak dapat dijelaskan atau tidak ada hubungannya dengan yang fisik. Â Sehingga apapun yang terjadi di dunia ini adalah akibat dari segala sesuatu yang dapat diterima oleh logika material. Â Ketika ini terjadi maka ketidakseimbangan pasti terjadi dan manusia lupa pada hakekat dirinya karena adanya bukan karena campur tangan Sang Pencipta. Â Bahasa kerennya ini disebut aliran realisme."
"Wah keren kita ngaji aja kaya sekolah S3": celetuk seorang murid yang usil.
Sang guru tersenyum sambil melanjutkan: "Dua, ilmu yang dikembangkan oleh manusia yang lebih komplit dari pada yang aliran satu. Â Karena mereka perlu ada keseimbangan dalam menemukan ilmu antara segi material dan non materi/spiritual. Â Nilai nilai spritual karena hakekatnya hanya sekedar pertimbangan nurani yang ada di dalam diri manusia. Â Nilai nurani bukan dari nilai-nilai ajaran agama melainkan dari perenungan diri manusia itu sendiri, kalau disebut bahasa asing dengan istilah social humanisme. Â Ini disebabkan karena diri jauh dari ajaran. Â Jadi mungkin nilai nurani dari para setan yang membisikkan di hati manusia. Â Bahasa kerennya kalo dikuliah ini namanya aliran idiealisme."
"Mantap guru lanjut....": celetuk sang murid usil lagi.
"Kesel je, Â minumku habis ini" jawab guru.