Retorika gak penting yang penting kerja nyata!"Â begitu kerap kali yang saya dengar dan saya baca di sosial media, dari para calon pemilih presiden dan wakil presiden. Saya sampai garuk garuk kepala mendengar ini hehe.Â
"Sebetulnya dari mana sih statement muskil ini bahwa, retorika itu tidak penting? Malah sebaliknya retorika itu sangat penting bagi para calon pemimpin. apalagi sekelas presiden dan wakil presiden! Rata rata para pemimpin besar dunia terpilih di awal sebelum menjabat, karna kemahiranya dalam beretorika yang luar biasa baik.
Saya beri contoh dari negara asalnya demokrasi, yakni amerika atau US ada barack Obama sebagai public speaker yang genah, walaupun iya salah satu presiden kulit hitam pertama dan masih awam. Ketika itu di amerika, ia dapat merebut hati rakyat dan terpilih menjadi presiden berkat kemampuanya dalam retorika.
Kemudian di kancah local, ada presiden pertama kita Ir Soekarno sebagai penulis dan juga narrator ulung yang menyampaikan gagasanya dengan penuh energik dan berapi api sehingga masyarakat terbius oleh argumennya.
Dalam Filsafat ilmu komunikasi politik, public speaking ataupun retorika sangatlah penting karna ini adalah salah satu modal utama untuk kampanye dan menyampaikan gagasan kepada rakyat tentang visi misi kedepan. Sehingga masyarakat dapat memiliki gambaran dan syukur syukur tertarik memilih paslon tersebut apalagi sekelas presiden. yang mana mustinya sudah memiliki publik speaking yang good.
Perlu dipikirakan bahwasanya presiden itu pemimpin negara dan sebagai bapak dari suatu warga negara, bukan pegawai ataupun buruh. Ia memiliki tugas mengatur pemeritahan beserta stalkholdernya jikalau ia tidak mampu memberikan pengaruh atau retorika yang baik kepada para bawahanya bagaimana mau terjalin pemerintahan yang baik dan komunikatif? Karena salah satu kunci indicator terpenting dari good goverment adalah komunikasi regulasi yang baik. Mulai dari atas hingga bawah, mulai dari Tingkat pusat ke daerah. Mulai dari sabang sampai Merauke banyak yang mau diurus.
Akan tetapi dalam ajang pemilu dan juga debat capres ini yang peneliti lihat, statement ini memiliki maksud dan kepentingan lain guna untuk melindugi atau menutupi kekurangan dari salah satu paslon. Sehingga yang bisa ditonjolkan hanya kewibawaan, relasi, dan blusukanya saja.Â
Kemudian juga di tambah lagi dengan kendaraan politik serta kekuatan dari relasi terutama statement ini banyak berkeliaran di sosial media sehingga statement tersebut di anggap benar dan tak perlu di uji lagi kebenaranya. Dengan penjelasan demikian apakah masih mau bilang retorika itu tidak penting? Terkhusus untuk para antipati retorika jadi jadian karna momentum pilpres.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H