Mohon tunggu...
Muhajir Arrosyid
Muhajir Arrosyid Mohon Tunggu... dosen -

Warga Demak, mengelola tunu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rabiah Vs Ustadz Syam Tentang Surga

18 Juli 2017   12:55 Diperbarui: 18 Juli 2017   13:18 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian kamu Ustadz di depan ibu-ibu berkerudung itu menggambarkan surga. Katamu, salah satu nikmat Allah terbesar di surga adalah pesta sek. Karena inilah yang kita tahan-tahan di dunia.

Jika mengunakan logikamu maka segala yang dilarang di dunia akan diberikan di surga. Lagi-lagi kalau menggunakan logikamu segala yang dilarang di dunia adalah hal yang baik yang ditunda izinnya oleh Allah untuk dilakukan nanti di surga. Misalkan, tidak diperkenankan ngaplok orang tua, nanti waktu di surga boleh ngaplok. Dan segala jenis contoh wagu yang lain.

Ada hadist "Surga berada di telapak kaki Ibu." Pak Ustadz pulanglah ke rumah, temui Ibumu dan lihatlah telapak kakinya, maka akan kau saksikan surga yang menampilkan gambar sek bebas. Begitu?

Pak Ustadz, ada istilah lain yaitu baiti janati, rumahku adalah surgaku. Jadi tidak perlu nanti untuk menikmati surga. Sekarang saja kita bisa menikmati suasana surga. Suasana surga adalah suasana damai, tenag di rumah dan seorang ibu sangat berperan. Ibu atau ummi adalah penyeimbang antara anak dengan abahnya.

Jika ditarik di ranah yang lebih luas misal kepemimpinan, ibu atau ummi adalah sebagai penyemibang antara imam dan ummat. Seorang ummi berada ditengah-tengah di antara imam dan ummat. Ia memantau agar imam tetap teguh berdiri dan memberi perhatian dan kasih sayang kepada ummat.  Jadi Ibu adalah kata sifat yang memberikan kedamian, ketentramaan selayaknya surga.

Marilah kita sebagai ummat Islam berhati-hati, (apalagi Ustadz). Orang lain tidak mengenal siapa Nabi kita Muhammad. Mereka mengenal Nabi dari perilaku kita, perkataan kita karena kita yang sudah mengaku-ngaku menirunya. Janganlah Rosullullah dihina-hina karena kita tak mempu menghadirkan diri Rosullulah dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun