Puisi ini Salim tulis saat ia hendak mendaftar kuliah di kampus impiannya. Namun Salim yang pada saat itu berstatus karyawan pabrik masih begitu sibuk dengan pekerjaannya dan kurang memperhatikan tentang persiapan untuk tes masuk perguruan tinggi. Siklus kesibukan Salim pada saat itu hanyalah ibadah, kerja, main game dan tidur. Hingga pada suatu malam temannya bernama Wahyu menanyakan sesuatu kepada Salim. Kau jadi kuliah cok? Tesnya saintek atau soshum? Jadi, apa itu saintek dan soshum? Respon Salim. Kau ga belajar po cuk? Tanya Wahyu. Mending kau ikut tryout di Instagram cok. Lanjut wahyu. Salim pun di beri alamat Instagram bimbel dan tryout online oleh Wahyu.
Dari kejadian itu Salim seperti tertampar dan tergugah bahwa sebenarnya niat kuliah ga sih? Kalo niat seberapa effort yang telah diusahakan? Dan semenjak itu dia mulai belajar mencari bimbel, belajar materi materi masa SMA nya bahkan saat jam istirahat kerja Salim menyempatkan latiahan soal.
Dari fenomena itu terciptalah puisi ini.
Hari itu semakin dekat
Melodi itu semakin nyaring
Berbagai rambu telah ku dapat
Berlembar pucuk kertas harusnya ku sanding
Malam berganti siang terus berulang
Sementara satu tetes tinta pun belum tertuang
Sadar waktu tak kan bisa ditukar sejumlah uang
Mengapa detik detik terus ku buang
Oh tuhan...
Bulan telah Kau toharoh i
Bukalah Palung laut ini
Tuk menyelami samudra penuh diskusi ini...
Randusari, 27 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!