Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kehilangan Pak Sutopo adalah Bencana Nasional

9 Juli 2019   13:29 Diperbarui: 9 Juli 2019   13:59 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melalui layar televisi, rakyat Indonesia dapat menyaksikan langsung berbagai peristiwa bencana alam di berbagai tempat di Indonesia. Indonesia tidak hanya mengalami pemilihan serentak, namun juga bencana alam yang hampir serentak.

Bencana pada tahun 2018 yang lalu sangat menghentak nurani siapapun dan dari manapun. Dibuka oleh 'Gempa NTB' pada 28 Juli 2018, bencana ini menewaskan 555 orang dan 400.000 orang lainnya terpaksa mengungsi di tempat lain. 'Gempa NTB' ini sifatnya kontinu dan terjadi beberapa kali dalam sehari, sehingga membuat warga setempat menjadi sangat panik. 

Kemudian disusul oleh Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, yang berpusat di Palu dan Donggala. Yang menjadi sorotan publik ialah peristiwa likuifaksi berupa bergeser ataupun berbaliknya permukaan tanah yang tentunya menyimpan berbagai kisah duka dari para penyaksi. Belum cukup, rupanya terdengar kabar terjadinya tsunami yang melanda Selat Sunda yang berimbas ke wilayah Banten dan Lampung serta menewaskan 281 warga setempat pada 22 Desember 2018.

Bersama Orang tua, saya sering menyaksikan berita-berita ataupun diskusi publik melalui layar televisi. Indonesia yang gawat bencana saat itu membuat saya sangat akrab dengan sosok Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selama lebih dari 4 bulan lamanya, beliau memberikan laporan terkini dari bencana-bencana yang ada. Laporan resmi dan anti-hoaks hanya didapatkan dari beliau.

Beberapa bulan semenjak 'Gempa NTB' berlangsung, melalui salah satu acara talkshow, saya terhentak kaget saat mendengar Pembawa acara mengucapkan "Semoga bapak juga lekas sembuh dari penyakit kanker paru-paru stadium 4". Bukan main, Kanker paru-paru membuat pengidapnya mengalami sesak napas; Batuk darah; dan nyeri yang tak tertahankan pada area paru-paru. Setiap melaporkan kondisi terkini bencana, hal itulah yang dialami oleh bapak Sutopo demi memastikan agar seluruh Indonesia dapat menerima informasi yang akurat dan tak simpangsiur.

Semenjak mendengar berita tersebut, maka saya sangat prihatin bercampur kagum terhadap profesionalitas beliau. Tanggung jawab tetaplah menjadi tanggung jawab.

Seiring meredupnya bencana beruntun di Indonesia, saat itu pula kehadiran senyum beliau yang menghiasi layar televisi juga meredup. Nama serta suara beliau seketika jarang terdengar. Tertutupi oleh agenda rekonstruksi bangunan oleh pemerintah setempat. Kabar tentang beliau kemudian kembali terdengar justru setelah sepeninggalnya pada Ahad, 7 Juli 2019 dinihari, yang kusaksikan pula melalui layar televisi. Ternyata kerinduan terhadap sosok beliau terbalaskan oleh eksklusivitas media yang meliputnya selama beberapa hari. Beberapa hari tersebut terlihat seperti bencana nasional. Indonesia kehilangan sosok yang mempertahankan kinerja dan profesionalitas serta tak terganggu oleh situasi politik saat ini. Dari beberapa cerita yang beredar, beliau adalah sosok yang ramah dan senang dalam bekerja.

Mengingat perjuangan beliau seperti melihat Jenderal Sudirman yang tetap memimpin peperangan meski berada di atas tandu.

Selamat Jalan, Pak Sutopo. Semoga bencana kehilanganmu menjadi penutup yang mengakhiri bencana di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun