Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Nuzulul Quran, Generasi Amalan Pasif

22 Mei 2019   05:11 Diperbarui: 22 Mei 2019   05:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AlQuran terlahir mulia dan memuliakan. AlQuran diturunkan oleh Allah swt. yang Maha Mulia, diantarkan oleh malaikat Jibril yang dimuliakan, kepada Nabi Muhammad saw., manusia yang paling mulia dalam sejarah bumi.

Mari merefleksikan kembali, bagaimana bangsa Arab yang tak memiliki potensi apapun untuk berkembang. Mereka dikelilingi gurun pasir dan tandusnya bumi. Namun dengan AlQuran dan mengamalkannya, maka sedikit demi sedikit, terlahirlah Singa Padang Pasir. Dengan AlQuran, negeri yang tandus dapat menjadi makmur. Dengan AlQuran, negeri yang biadab menjadi mulia sebagaimana kisah Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar di Yastrib (Madinah). Begitupun dengan siaran televisi. Saluran siaran yang menampilkan ratusan ribu orang yang melakukan tawaf begitu ramai ditonton jutaan pasang mata manusia di planet bumi. Karena apa? karena tak hentinya AlQuran dikumandangkan di sana.

Sebenarnya, menjadi pertanyaan bagi diri kita jika saat ini belum menjadi orang mulia di tengah masyarakat. Sejauh mana kita telah mentadabburi AlQuran? Sejauh mana kita menyelami lautan kesucian AlQuran?

Sedikit bercerita, dalam kondisi penat dan lelah akan ingar-bingar kota dan pekerjaan, terkadang segolongan manusia memilih menikmati senja di Pantai Akkarena, Makassar, ataupun memilih berlibur bersama keluarga ke Tanjung Bayang, Makassar.

Meski demikian, kebanyakan dari kita lebih memilih untuk berdiri di pinggiran pantai atau gazebo sambil menyaksikan anak kecil bermandian. Semakin kita dewasa, niat untuk bermandian di pantai semakin menghilang.

Seperti itu pula gambaran AlQuran bagi generasi milenial. Semakin dewasa, niat untuk mendekat kepada AlQuran semakin tiada. Seolah trend berdoa dan membaca AlQuran hanyalah mainan sewaktu kecil.

Sebenarnya banyak yang mencoba dekat dengan AlQuran. Hanya saja, mereka terlalu nyaman menikmati amalan pasif. Yang mana amalan pasif itu? Mereka menyedekahkan AlQuran yang dimiliki seolah tidak memerlukannya. Mereka bersedekah untuk pembelian AlQuran bagi fakir miskin dan yatim piatu. Mereka turut andil dalam pembiayaan lembaga penghafal Quran. Sehingga apa? Merasa cukup dengan membantu. Tidak untuk konsumsi pribadi. Seolah apabila telah melaksanakan yang pasif, maka kewajiban mengaji dan menghafal sudah tidak mengikat dirinya sendiri.

Ini yang saya maksudkan dengan kata "pasif". Ibarat lautan tadi, kita lebih nyaman untuk hanya sekadar melihat tanpa ingin untuk menyelaminya lebih dalam. Menyelam lebih dalam terlihat norak dan tak gaul. Tetapi, tentunya bersedekah juga memiliki pahala tersendiri.

salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun