Mohon tunggu...
Andi MuhaiminDarwis
Andi MuhaiminDarwis Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Teknik Sipil 2015, Univ. Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Evaluasi kinerja Komnas HAM : Hak Asasi Manusia dan Kekeliruan Kerangka Berpikir

8 Maret 2019   14:16 Diperbarui: 8 Maret 2019   14:41 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai tambahan catatan, terdapat kekeliruan dalam memahami hak asasi manusia oleh orang-orang yang mengaku aktivis HAM. Pembelaan terhadap kaum LGBT adalah hal yang sebenarnya di luar dugaan manusia. Saya bingung dengan aktivis ini. Dalam agama Hindu, Buddha, Kristen, Konghucu, dan Islam, LGBT ini adalah hal yang terlarang. Lantas keyakinan mereka di kemanakan? Apakah di Indonesia sekarang kita perlu menghargai lagi yang namanya Atheis? Atau hanya saya yang baru tersadarkan bahwa KOMNAS HAM diisi oleh orang-orang Atheis?

Dari beberapa pencarian di jejaring sosial, saya juga mendapatkan opini dukungan terhadap PSK (Pekerja Seks Komersial) dengan alasan bahwa kita harus menghargai kebutuhan seksual seseorang. Logika mentah anomali. Seakan PSK adalah bagian dari cita-cita anak Indonesia.

Di kasus lain, guru yang mendidik murid dengan sedikit cubitan ternyata berbuah jeruji besi. Narapidana mantan koruptor dapat kembali menjadi pemimpin bagi rakyat yang jujur. Belum lagi, HAM sudah masuk ke ranah agama. Ceramah Jumat diintervensi, azan diredam, sampai permintaan kata kafir agar diperhalus atas dasar toleransi kemanusiaan.

Paparan di atas sudah memperjelas adanya indikasi bahwa, Pertama, HAM adalah lembaga (semestinya) adil yang dapat diintervensi oleh kepentingan kelompok tertentu sehingga mempengaruhi independensinya. Ini dapat terlihat dari banyaknya pembenaran yang dilontarkan ke publik.

Kedua, KOMNAS HAM dan aktivis-aktivis superiornya sudah mengalami kekeliruan kerangka berpikir. Bukannya membela hak asasi manusia, justru membuat manusia kebablasan serta jauh dari kodrat yang sebenarnya dan justru berbalik mencederai hak asasi manusia itu sendiri. Ketiga, kita disuguhkan dengan peraturan-peraturan HAM yang kemudian kita sepakati, lalu ditafsirkan sangat jauh berbeda dari ekspektasi, yang siapapun tidak akan menyangka hal itu. Sehingga kita dipaksa untuk menyetujui tafsiran mereka.

Pembaca yang terhormat, hak asasi manusia dan KOMNAS HAM adalah hal yang sangat mempengaruhi moralitas bangsa. Lembaga dan pemikiran tentang hal ini harus independen dan suci. Pergeseran norma bangsa ditentukan oleh perbedaan pandangan tentang hak asasi manusia dan kebijakan KOMNAS HAM. Lembaga ini juga membutuhkan masukan sebagai bentuk dukungan dari publik agar tidak berjalan sendirian.

Mari kita mengingatkan dan melindungi kesuciannya selayaknya kita menjaga negeri ini. Jika pahlawan dahulu kala berjuang dengan bambu runcing untuk mematahkan rusuk penjajah, mengapa tidak jika kita mematahkan argumen menyimpang oleh penjajah persepsi? Bukankah di tubuh kita masih mengalir darah pejuang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun