Sidoarjo merupakan salah satu kota kabupaten yang berada di propinsi jawa timur. Sebagai kota penyangga ibukota jawa timur yaitu surabaya, kabupaten sidoarjo mengalami perkembangan kota yang pesat khususnya dalam bidang industri dan kerajinan. Dengan perkembangan ekonomi tersebut kabupaten sidoarjo semakin dikenal di seluruh indonesia. Sehingga dengan perkembangan kota yang sedemikian pesat tersebut membuat sidoarjo semakin banyak dikunjungi oleh orang – orag dari seluruh penjuru indonesia untuk mencari kerja khususnya.Â
Kota yang bagian barat berbatasan dengan kota mojokerto, bagian timur dengan selat madura, bagian utara dengan surabaya, dan bagian selatan berbatasan dengan kota pasuruan ini semakin dikenal semenjak munculnya bencana luapan semburan lumpur panas yang mencakup tiga kecamatan. Peristiwa tersebut dimulai tanggal 29 mei 2006, semenjak hari itu kota sidoarjo semakin dikenal bahkan tidak hanya dalam negeri namun juga hingga kemanca negara.Â
Hingga sekarang belum tuntas permasalahan lumpur ini, lumpur yang awalnya muncul di desa siring kecamatan porong ini awalnya dikenal sebagai lumpur porong namun setela melubernya lumpur ini hingga menggenangi beberapa wilayah hingga cakupannya menjadi tiga wilayah kecamatan di kabupaten sidoarjo maka lumpur ini dikenal sebagai lumpur sidoarjo namun juga tidak jarang orang – orang lebih mengenal sebagai lumpur lapindo karena PT. Lapindo Brantas la yang menjadi biang terjadinya bencana tersebut setelah melakukan industri pengeboran di tanah sidoarjo.
Lumpur sidoarjo merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan banyak permasalahan keidupan dari beberapa kalangan. Mulai dari masyarakat biasa hingga kalangan akademisi pun ikut memperbincangkan fenomena ini. Tidak ketinggalan juga pemerintah yang mempunyai kewenangan tertinggi dalam menentukan nasib masyarakat biasa pun dipertanyakan kemampuannya, karena sampai usia lumpur 10 tahun ini apabila melihat sekilas suasana porong dan sekitarnya, serasa masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan.Â
Saat berada di kawasan porong dan sekitarnya, tentu udara panas yang berbau tak sedap akan pertama menhampiri kita, namun tak sebatas kenyamanan hidup yang terganggu akibat adanya udara yang semakin panas maupun bau tak sedap namun bahaya kesehatan pun tak ketinggalan menghantui bagi siapapun yang berada di kawasan dekat lumpur sidoarjo tersebut.
Kini saat berjalan disekitar tanggul lumpur sidoarjo tentu akan meliat beberapa rumah maupu ruko – ruko kosong yang ditinggal pergi oleh pemiliknya. Sehingga nampak sepi bagai kota mati tanpa penghuni. Lumpur yang telah menenggelamkan desa – desa disekitar porong tersebut menyisakan keheningan yang menyakitkan bagi seluruh penghuninya yang secara terpaksa diusir dengan cara yang tidak berperikemanusiaan hingga resiko kesehatan akibat udara maupun perubahan lingkungan yang semakin tak sehat. Sampai sekarang sebenarnya drama kehidupan akibat lumpur sidoarjo belum selesai karena bencana yang muncul sejak saya lulus SD hingga kini duduk dibangku perkulihan masih saja menjadi topik yang hangat untuk dibahas, sehingga saya menjadi sadar bahwa peristiwa tersebut benar – benar penuh drama.Â
Bahkan tidak hanya drama menyakitkan bagi masyarakat biasa namun drama bagi para penguasa pun tak terelakkan saling memanfaatkan untuk mencari keuntungan dibalik bencana yang menelan banyak korban. Bahkan dari kalangan akademisi melalui sebuah penelitian juga ikut berperang karya dengan karya dari para peneliti tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah pihak agar tak disalahkan karena adanya bencana lumpur tersebut. Perbedaan karya penelitian membuat muncul beberapa kelompok yang mengatakan lumpur sidoarjo muncul karena merupakan bencana alam yang terjadi karena dipicu oleh adanya gempa jogja dua hari sebelum lumpur sidoarjo untuk pertama kali menyembur dari dalam tanah, dan juga kelompok yang mengatan semburan lumpur merupakan akibat dari kesalahan pengeboran yang di lakukan oleh PT. Lapindo Lapindo Brantas.Â
Dan sampai sekarang kejelasan terkait penyebabnya pun belum tuntas sehingga nasib masyarakat akan kerugian secara ekonomi maupun sosial bakan kesehatan lingkungannya pun belum terselesaikan hingga saat ini. Sehingga dengan tulisan ini saya yang tinggal berada jauh dari kabupaen sidoarjo juga ingin turut mengingatkan berbagai pihak bahwa saudara kita disekitar lumpur sidoarjo perlu bantuan kita baik secara moril maupun materiil, karena saya yakin tak semuanya mendapatkan ganti rugi yang dijanjikan oleh PT. Lapindo Brantas dan merasa pasrah dengan keadaan yang serba terancam bahaya, karena tanggul pun berpotensi rusak dan entah seperti apakah akibatnya jika lumpur dengan volum begitu besar akan terhempas saat tanggul jebol, dan tentunya nyawa masyarakat sekitar sangat terancam.
Dampak dari adanya lumpur lapindo sangatlah kompleks, tidak bisa hanya dilihat dari salah satu sisi yang menguntugkan dan merugikan salah satu pihak. Tentunya dibalik kepolosan masyarakat korban bencana lumpur, tidak semuanya memahami kepentingan – kepentingan politis antara beberapa pihak sehingga sangat mudah gaya komunikasi yang seakan pro terhadap masyarakat biasa justru dalam jangka pangjang kebijakan yang dikeluarkan lebih berpihak pada kepentingan segelintir orang, tentunya hanya karena keserakahan untuk menimbun kekayaan belaka.
Berbicara dampak dari bencana lumpur lapindo yang telah terjadi saya akan memulainya dari sisi sosial ekonomi terlebih dahulu. Karena bidang sosial ekonomi tentunya nampak jelas dilihat dari berbagai aspek, sehingga apabila sampai sekarang masih banyak masyarakat yang merasa diirugikan karena bencana ini itu bisa disebabkan karena kebutaan untuk melihat yang seharusnya dilihat. Pasca terjadinya lumpur lapindo untuk yang pertama kali, tentu kepanikan dan kegelisahan warga masyarakat sidoarjo semakin bertambah.Â
Kegelisahan tersebut tentunya karena rasa takut akan kehilangan kenyamanan dalam menjalani hidup. Mereka akan hidup dihantui dengan serba ketidak pastian keamanan. Sehingga dengan kegelisahan yang amat besar tersebut membuat beberapa warga memutuskan untuk imdh menjauh dar sumbersemburan lumpur, karena kekhawatiran akan masa depan dirinya sendiri dengan generasinya maupun kekhawatiran terhadap generasi masa depannya.