Mohon tunggu...
muhammad ihsyanudin
muhammad ihsyanudin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa Pemilik Potensi?

7 Januari 2014   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagian orang masih saja meragukan bagaimana dengan masa depan anak di pondok? Setiap hari mereka hanya disibukkan dengan kegiatan agama, mengaji hingga hafalan Al-Qur’an. Akan tetapi, anggapan-anggapan tersebut tak jarang hanya akan menimbulkan rasa minder dikalangan santri. Sehingga mereka mulai kebingungan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus. Namun tak jarang santri yang berpikir hal sebaliknya, mereka akan mendapat bekal agama yang kuat dan memudahkan mereka merentas kehidupan dunia dengan berkiblat akhirat.

Menanggapi banyaknya fenomena akan anggapan orang tentang masa depan santri, membuat sebagian masyarakat memandang sebelah mata terhadap santri yang ingin merentas kerasnya dunia setelah lulus dari pesantren. Haliniberdampak pada kurangnya minat masyarakat untuk menyekolahkan putra putri mereka ke lingkungan pesantren.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah keberhasilan hanya diukur dari hasilnya?, tentu tidak. Banyak santri yang mampu berkancah didunia luar, seperti dalam kancah politik, pendidikan, entrepreneur, dan lain sebagainya. Keberhasilan hakikatnya diukur dari sebuah proses. Sebelumseorang anak berlari ia pasti akan melewati beberapa fase sebagai sebuah proses menuju berlari.

Keberhasilan jua tak luput dari yang namanya potensi. Setiap orang punya potensi yang beragam. Entah itu dalam akademik maupun non akademik, dan tugas manusia adalah mengembangkan potensi dan bakat yang telah dilimpahkan Tuhan dengan sebaik mungkin. Banyak anak yang mendapat bakat lahir dalam hal seni, semisal seni lukis, tarik suara, maupun berbicara dihadapan umum. Terkadang orang tak menyadari bakat bawaan mereka, banyak orang yang cenderung ingin menjadi orang lain karena menganggap menyenangkan menjadi dia atau karena pencapaian yang telah ia dapat. Terinspirasi oleh orang lain memang boleh, namunmenjadi sama seperti dia itu yang tak boleh dilakukan karena hal itu akan mematikan siapa dan bagaimana kita sebenarnya.

Pada dasarnya santri mendapat peluang mengembangkan potensi dan bakat mereka dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Semisal kaligrafi, mungkin banyak santri yang menganggap belajar kaligrafi hanya untuk mempermak tulisan yang awalnya biasa atau bahkan jelek,menjadi terlihat menawan. Padahaldalam belajar kaligrafi terdapat peluang kesuksesan yang begitu luas.Menjual hasil karya tangan yang luar biasa adalah hal yang menguntungkan.Takhanya itu, membuka sanggar atau tempat pelatihan kaligrafi juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang menggiurkan.

Menjadi seorang qori’ yang tak hanya dilombakan namun juga akan menentramkan orang yang mendengar merupakan sebuah hal yang mulia yang tak setiap orang dapat melakukannya, Berdakwah juga merupakan hal yang luar biasa, sebuah keberanian berkata-kata dihadapan banyak orang tanpa memandang latar belakang mereka, menyampaikan hal-hal yang mungkin dianggap biasa oleh sebagian orang namun sangat bermakna dan membekas di hati orang yang dahaga akan ilmu.

Tak dapat dipungkiri lagi, semua manusia itu cerdas, berbakat dan memiliki potensi masing-masing yang tak setiap orang bisa melakukannya. Begitupun dengan santri yang setiap harinya berkutat dengan hal-hal yang berbau agama dan akhirat. Sesungguhnyasantri adalah manusia yang luar biasa. Hidup mereka seimbang, terarah dan mantab. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, tinggal manusialah bagaimana akan mengeksplor anugerah tuhan yang telah diberikan. Jadi, jangan bimbang untuk menjadi seorang santri. Karena santri adalah manusia luar biasa yang bisa melakukan apa saja dengan potensi yang luar biasa pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun