Mohon tunggu...
Ali arham
Ali arham Mohon Tunggu... -

Raih dan Jadilah Pemenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Populisme Dan Parpol Lapor MERAH,Corak Demokrasi Masa Kini

28 Agustus 2013   00:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Muh Ali Arham

2014 makin mendeka,partai politik semakin gencar mengibarkan panji-panji ke partai_anya mulai dari strategi penggalangan massa sampai pada door to Dor.Tidak ada yang salah dari cara itu karna itu adalah tuntutan sebuah demokrasi ,lalu apa yg menjadi kekwatiran kita hari ini,Tentu Masyrakat harus berhati_ Hati dalam mengambil tindakan politik_Nya,Sikap cerdas masyartakat sangat di butuhkan untuk menyeleksi Parpol Ber Nilai Lapor MERAH.Ini sudah menjadi keniscayaan kita bahwa takalah Parpol Lapor MERAH tersebut berkuasa tidak akan banyak membawa kesejtraan bagi masyarakat,oleh karena itu sudah menjadi tugas kita bersama untuk dapat bijak dalam menentukan pilihan krna pilihan 2014 kita semua mennentukan arah masa depan DAERAH,BANGSANEGARAkita.Agar supaya apa yang menjadi harapan kita bisa berbanding lurus dengan expektasi yang kita ingin kan.
Tentu dalam mengimplementasikan hal tersebut di butuhkan Pendidikan politik kepada masyarakat,krna tampa pendidikan politik yg memadai masyarakat kita akan menjadi mudah terpengaruh oleh janji-janji manis para aktor Partai Ber Lapor MERAH tersebut yg terkadang tidak masuk rasio akal kita sebagai penggiat demokrasi,karena terkadang janji manis tersebut hanya sebatas retorika politik yang berupa angan-angan belaka,Tentulah dalam pelaksanaan demokrasi hal tersebut tidaklah menyehatkan.
Lalu bagai mana dengan para Populis yang menjadikan kepopuleran_Nya menjadi bahan jualan untuk meraih hati masyarakat, , , ! Seiring runtuhnya orde baru, ada perubahan mendasar bagi sebagian besar partai politik di Indonesia. Apabila era sebelum reformasi wajah politik Indonesia digambarkan dengan skema “elitis-otoriatarian-militeristik” maka di sekarang ini wajah politik di Indonesia tergambar dengan skema “populis-demokratis-kerakyatan”. Perubahan tersebut hampir semuanya dilakukan bagi setiap partai politik di indonesia. Partai politik yang berhaluan populis pada umumnya lebih mengutamakan kebesaran massa, migrasi kelas sosial dan janji-janji manis yang seringkali tidak masuk akal. Dengan berorientasi pada pertimbangan banyak atau tidaknya basis massa sehingga mengakibatkan kualitas internal organisasi partai politik seperti terabaikan.Di tambah dengan onkos sistem politik saat ini membuat segala_Nya menjadi mahal.dampak dari hal tersebuat memaksa partai saat ini hanya berpikir jangka pendek,dengan keadaan yg sedemikian rupa menjadikan parpol berlomba2 mencari jalan popularitas untuk partai_NyaDampak dari hal ini menjadikan  Para elit pemerintahan berhaluan populis lebih khawatir kehilangan popularitasnya ketimbang memberikan sebuah kebijakan yang baik meskipun hal tersebut berlawanan dengan arus opini dan harapan publik. Karena pencitraan menjadi sebuah  basis pokok dalam perjuangan sehingga kerap kali elit pemerintah mengalami ketakutan dalam mengambil kebijakan yang tidak sesuai dengan harapan public (Populer).
Tatanan demokrasi yang tidak sehat seperti ini merupakan sinyal bahaya bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjelang pemilu besar tahun 2014 diperkirakan tren populisme masih akan menjadi corak dominan bagi setiap partai politik dalam menyiapkan strategi elektoral. Nuansa populisme juga memberikan kontribusi besar bagi bobroknya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik yang selalu saja mendapatkan raport merah. Untuk mengubah hal tersebut kecerdasan bagi setiap masyarakat dalam menjawab serangan populisme sangat dibutuhkan dalam upaya membentuk tatanan pola pemerintahan yang baik dan tidak hanya pencitraan belaka.


#Di Tulis Pada Saat Masyarakat Sudah Tidak Lagi Banyak Percaya Pada Partai Politik Berlapor MERAH.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun