Mohon tunggu...
Ikky Z
Ikky Z Mohon Tunggu... Penulis - Writer/Jurnalis

Hobi saya adalah membaca, menulis, dan bermain bola. Saya juga tertarik sama isu-isu politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga dan Memelihara Ketokohan melalui Retorika Politik

1 Oktober 2024   09:04 Diperbarui: 1 Oktober 2024   09:53 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orasi politik/Istock

Ketokohan politik bisa dipahami menjadi suatu pemahaman yang didalamnya meliputi dan mencakup pengaruh, kekuasaan, dan otoritas yang dimiliki oleh seorang individu dalam arena politik.

 Umumnya, seorang tokoh politik yang memiliki ketokohan ditandai dengan adanya kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat, meraih dukungan politik, dan mencapai tujuan politik yang diinginkan dalam hal ini memenangkan kontestasi politik. Komunikator politik memiliki peran yang sangat penting dalam dunia politik dan pemerintahan.

Mereka adalah individu atau tim yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengelola, dan menyampaikan pesan-pesan politik kepada masyarakat, media, dan pemangku kepentingan lainnya. Setiap kita adalah aktor atau komunikator politik.

Olehnya, penting bahwa memelihara dan menjaga ketokohan adalah suatu keharusan karena dialah yang akan menjadi patron apakah layak dipilih atau tidak. Terkait dengan kelayakan terpilihnya mereka, seorang tokoh harus memilih kemampuan, relasi, kinerja, hingga integritas dengan demikian masyarakat akan tertarik kepada mereka.

Sedikit banyaknya masayarakat akan mendengar, menyukai, hingga memilih seorang politisi yang memiliki kemampuan serta kerja yang baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Aristoteles dalam teori retorikanya.

Disebutkannya bahwa seseorang tokoh itu harus memiliki 3 elemen penting jika ingin disukai dan didengar saat akan berbicara diantaranya logika (logos), emosi (pathos) dan etika atau kredibilitas (ethos). Berdasarkan hal ini pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.

Bukti yang dimaksud mengacu pada cara persuasi: ethos, pathos, dan logos. Menurut Aristoteles, keindahan bahasa hanya dapat digunakan untuk 4 hal yaitu, membenarkan (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), serta mempertahankan (devensive). (Nadhny, 2021).

Dalam bahasa Yunani rhetorica, yang berarti seni berbicara. Asalnya digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang sidang pengadilan untuk saling  mempengaruhi sehingga bersifat kegiatan antar persona. Kemudian kepada orang banyak (kyalayak). 

Menurut Aristoteles dalam karyanya Retorika, terdapat tiga jenis retorika, yakni retorika diliberitif, yaitu retorika yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak dalam kebijakan pemerintah, yang difokuskan pada keuntungan atau kerugian jika suatu kebijakan diputuskan atau dilaksanakan, retorika forensic, yaitu retorika yang berkaitan dengan keputusan pengadilan, dan retorika demonstratif, yaitu retorika yang mengembangkan wacana yang dapat memuji atau menghujat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun