[caption id="attachment_79678" align="alignleft" width="150" caption="dokumen pribadi"][/caption] Dalam tulisan saya sebelumnya (Macet Bagian dari Budaya Kebanggaan), saya sudah menyinggung ketidak setujuan saya atas pemborosan energi.Saat ini pemerintah mewacanakan akan mencabut subsidi BBM, dan itu berarti harga BBM akan naik. Otomatis harga-harga juga akan melambung sampai ke langit, karena sudah lazim alasan pedagang: "semua barang diangkut dengan kendaraan". Indonesia sejak dari dulu sudah bersikap welcome terhadap segala hal yang berbau modern,terutama kendaraan. Maka tak heran jika segala macam model kendaraan hilir mudik di jalanan dan itu berarti peningkatan jumlah penggunaan BBM. Dulu pernah diwacanakan akan digunakan sumber energi alternatif, misalnya minyak jarak. Tapi upaya ini hilang tanpa kabar, padahal sudah banyak petani di Sul-Sel termasuk saya sudah bersiap-siap menyambut tanaman produktif ini. Pencabutan subsidi BBM menurut saya adalah solusi yang kurang tepat, walaupun hal ini sudah diwacanakan sejak tahun 2006Â yang lalu. Secara teknis, pengurangan subsidi BBM yang lalu dananya dialihkan untuk membangun prasarana fisik di desa-desa dan perkotaan, yang ternyata pelaksanaannya tidak efektif.Karena menjadi ajang memperkaya diri bagi sebagian orang. Sebaiknya menurut saya, subsidi itu tetap ada meskipun terbatas bagi orang yang kurang mampu. Coba kita bayangkan, orang miskin dengan pendapatan rendah mengeluarkan pembayaran penggunaan BBM/jasa dari BBM (naik kendaraan) sama dengan orang mampu.Rasanya kurang adil. Sebab masih banyak penduduk kita dipelosok desa, dusun yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan karena listik belum masuk ke kampung. Mereka umumnya petani miskin yang susah dan akan semakin susah.Penerangan listrik alternatif pun tidak terlalu dilirik oleh pemerintah, misalnya pembangkit listrik tenaga surya yang sangat cocok ditempatkan di kampung-kampung yang masih jauh dari jangkauan bentangan kabel PLN, mungkin pemerintah takut jika ini menjamur pasokan listriknya nanti bisa tidak laku. Akhirnya banyak penduduk kita yang berasal dari tempat gelap, lahir dari tempat gelap, tumbuh gelap-gelapan dan matipun masuk ke tempat gelap. Saya lebih setuju jika digunakan sistem subsidi silang, orang kaya menyumbang orang miskin.Penggunaan energi mereka harganya sedikit lebih tinggi dari orang-orang biasa.Pembatasan kepemilikan kendaraan wajib diberlaku kan, produksi/penggunaan sepeda motor dikurangi, angkutan umum diperbaiki kualitas pelayanannya,fasilitas publik juga harus bagus dan mampu melayani kebutuhan masyarakat.Kemacetan juga bisa dikurangi. [caption id="attachment_79679" align="alignright" width="150" caption="dokumen pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H