Mohon tunggu...
Muh. Taufik
Muh. Taufik Mohon Tunggu... Wiraswasta - belajar dan terus belajar memperbaiki diri

berusaha selalu nyaman walaupun selalu dalam kekurangan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ancaman Chernobyl Jilid II dari Jepang

15 Maret 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:47 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="640" caption="foto reaktor nuklir Fukushima"][/caption] Reaktor nuklir Fukushima meledak diterjang air laut akibat tsunami,ribuan penduduk diperintahkan mengungsi menjauh dari lokasi reaktor karena ditemukan tingkat radiasi meningkat menjadi 1000 kali skala normal.Termasuk WNI yang berada di Jepang.Berdasarkan data pemerintah ada sekitar 31.517 orang WNI di Jepang,16.653 adalah TKI formal,51 TKI dibidang jasa/restoran. Diantara TKI formal terdapat 14.033 orang bekerja dibidang industry dan 1.013 orang sebagai perawat. Jumlah yang tidak sedikit yang membuat pemerintah merasa bertanggung jawab menyelamatkan nasib mereka. Masyarakat internasional masih ingat kasus Chernobyl beberapa belas tahun silam ketika reaktor nuklir itu mengalami kebocoran.Betapa mengerikan akibat yang timbul karena dampaknya sangat lama. Konon daerah Ukraina sendiri belum stabil. Flora dan fauna yang hidup disekitarnya sampai sekarang masih belum bisa tumbuh padahal sudah 20 tahun berlalu. Belum lagi dampak pada manusia yang menderita berbagai penyakit berat seperti leukimia, kanker, keterbelakangan mental, cacat bawaan pada anak yang baru lahir akibat radiasi yang mempengaruhi gen manusia dan berbagai dampak jelek lainnya. Dari Fukushima terdengar kabar, reaktor bukan lagi bocor tetapi meledak. Luar biasa! Dapat terbayangkan betapa mengerikan akibatnya, Chernobyl yang "hanya bocor" saja begitu lama membahayakan nasib bumi ini dengan radioaktifnya yang dapat membunuh hanya dengan menyentuh kulit. Menurut informasi, kasus di Fukushima terjadi karena dinding reaktor nuklir yang memisahkan antara radioaktif dengan atmosfir disekitarnya rusak berat. Tiga dari empat buah sistem pendinginnya sudah tidak bisa beroperasi membuat suhu pendingin intinuklir lebih panas dari 1000 C. Wajar masyarakat khawatir, jangan sampai kerusakan ini akan membuat isinya tumpah keluar dan meleleh kemana-mana, gampang menyebar karena reaktor yang berpendingin air laut itu dibangun di pinggir laut. Menurut pakar sesuatu yang tidak lazim karena air laut bersifat korotif (bergaram),membuat berkarat besi atau logam yang disentuhnya. Penyebaran radioaktif bisa saja terjadi karena jangkauan gelombang yang melebar jauh dan terus mengalir sampai bertahun-tahun ke seluruh dunia, mungkin saja radioaktifnya dapat meracuni penduduk dari benua lain atau pulau-pulau lain yang terdekat. Siapa bisa menjamin bahwa limbah radioaktif itu aman jika telah terkena air laut? Apakah tingkat salinitas air laut mampu membungkus "bau" limbah radioaktif seperti halnya dengan limbah rumah tangga lainnya? Beberapa pertanyaan yang masih harus dijawab dengan penelitian ilmiah. Ledakan yang terjadi pukul 16.00 waktu setempat yang ditandai dengan asap tebal membubung tinggi ke angkasa membuat khawatir semua pihak,membuat panik orang-orang yang bermukim disekitarnya. Jepang tahu persis akibat dari radiokatif karena sudah berpengalaman dengan kasus bom atom Hiroshima -Nagasaki, kasus pencemaran limbah mercury di Minamata, jadi tentu mereka akan berusaha keras menghadang laju pencemaran itu,ditambah lagi orang Jepang adalah orang yang benar-benar menghargai keselamatan lingkungan hidup. Sebagai catatan, nuklir memang murah dan efisien.Sebagai pembangkit listrik dayanya besar.Tapi limbahnya itu yang susah dikendalikan.Membuang limbahnya tidak gampang,negara industry raksasa saja kewalahan apalagi Indonesia.Karena itu lebih baik jika kita memanfaatkan sumber energy yang lebih murah dan aman resiko seperti tenaga surya yang melimpah namun masih jarang dilirik. Save!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun