Gerhana, membikin wajahmu memerah, sempurna. Sedang aku menghitam, kelam.
Bulan adalah bibirmu yang malu malu
Matahari adalah bola matamu yang sayu
dan Bumi seumpama hidung mungilmu yang tampak curiga ketika di dekatku.
Bibir, bola mata dan hidungmu saling tarik menarik, membuatku semakin tak memahamimu. Tapi kini kau tak di sini.
Membahasakan kode yang kauberi bagai menerjemahkan tulisan Arab Gundul, aksara tanpa baris, sedang kitab kuning kakek di kampung belum pernah kusentuh apalagi kutamatkan.
Gejala ini membikinku makin gelisah kala wajahmu jadi gerhana lebih dari sekadar purnama.
Seolah kau suruh aku baca 152 buku dalam 150 detik tanpa jeda -Ada tiga buku yang mesti kulahap dalam satu detik- Kau membikinku makin tak waras, hari ini hingga 19 tahun mendatang.
Makassar, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H