[caption id="attachment_253248" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi SBY (sumber : joglonet.wordpress.com)"][/caption]
Fenomena Kritik mengkritik sudah lazim dinegeri ini, apalgi setelah memasuki masa reformasi yang sudah sedemikian besarnya, kritik mengkritik merupakan kegiatan yang semakin lumrah baik sebagai jawaban atas idealisme ataupun hanya sebagai wujud eksistensi yang ingin ditampilkan, yang jelas semuanya masih terbungkus rapi dengan perhitungan keuntungan yang didapat jika berperilaku kritis.
Fenomena Adjie Suradji yang beberapa hari ini menghiasi media massa, semakin nyata bahwa dunia kebebasan berpendapat semakin meluas dan semakin tidak terkendali, sayapun mengikuti hal ini sebagai fenomena politik yang masih abu-abu, karena semuanya menjadi tidak jelas saat ini, apakah ini hanya settingan ataupun memang murni sebagai wujud kegeraman atas kepemimpinan SBY yang peragu.
Masih sangat jelas dibenak kita bagaimana reformasi menghapuskan awan gelap yang menaungi semua media ataupun kritikus negeri ini ada zaman Soeharto, rezim yang terkenal keras terhadap siulan-siulan negatif terhadap pemerintah itu membatasi ruang gerak media ataupun tingkah pola kritikus baik kritik dari mahasiswa atau dari para ahli yang berpendapat, jawabannya adalah jelas, pembredelan media dan pembredelan kebebasan berpendapat walaupun itu di atur dalam undang-undang.
kalau teman saya Haz Algebra yang kader HMI, melihat ini dalam 3 bentuk pendapat yang semuanya rasional, baik sebagai umpan SBy terhadap oposisi, sebagai bargaining lawan politik SBY ataupun sebagai cara Adjie Suradji yang mencari cara untuk lepas dari kasus korupsi yang sedang membelit dirinya. nah saya ingin menambahkan sedikit analisis dari diri pribadi bahwa ternyata penggembosan orang kritis dinegeri ini sudah menemukan cara yang sedemikian cantikknya.
Pertama, pada kasus Susno Duadji dan Adjie Suradji yang kebtulan sama-sama berkhiran ji, saya melihat bahwa opsi Susno dan Adjie melakukan jalan keras bukanlah sebagai cara untuk melindungi diri dari kasus korupsi yang membelitnya, seperti yang santer diberitakan bahwa Susno duadji terbelit kasus korupsi Pilkada Jabar ketika beliau menjabat sebagai kapolda disana, dan Adjie Suradji terbelit kasus korupsi yang ada dilingkungan TNI AU..nah kasus korupsi itu menyeruak ketika mereka Kritis terhadap atasannya. ini bagi saya Counter Attack yang cantik sekali, karena zaman Soeharto kritikus-kritikus model Susno dan Adji pasti sudah hilang entah ada dimana atau ditindak tegas oleh mahkamah militer tanpa ada yang bisa membelanya minimal opini dimedia yang saat itu juga kuat dibredel kebebasannya.
Kedua, Saat ini banyak sekali kritikus yang berseberangan dengan SBY, baik orang partai ataupun yang bersal dari kalangan profesional ya salah satunya seperti KOMPASiANa kayak kita ini, tetapi tidak pernah digubris oleh SBY, Demo-demo mahasiswa yang marak menolak kebijakan negara pun hanya dianggap sebagai angin lalu dan bahkan pendemo itupun tersudutkan oleh gaya kapitalis mahasiswa saat ini yang cenderung meremehkan atau melecehkan model kritik demosntrasi tersebut. berbeda sekali dengan gaya Soeharto, yang menggkritik dijadikan tahanan politik yang entah keluarnya kapan, dan mahasiswa dikasih NKK/BKK samapi-sampai mahasiswa melakukan gerakan bawah tanah sampai pecah tahun 1998.
Nah bagi saya, SBY sangat cerdas membaca kelemahan model kepempinan Tirani seperti Soeharto, dan SBY melakukan model Tirani yang sangat terencana dan sangah halus sehingga otomatis SBY tidak akan mengalami nasib sama di demo harus turun secara habis-habisan seperti di tahun 1998. disinilah letak Soeharto gaya baru SBY, pengkritik-pengkritik dari media ataupun atas nama pribadi pun dibiarkan tumbuh setiap hari, media tidak dibredel, dan pengkritik pun tidak diculik atau dimasukan dalam tahanan politik, karena dihadapan masyarakat awam SBY akan semakin terlihat memberikan kebebasan yang besar untuk bersuara tapi nahasnya suara-suara tidak pernah didengarkan, saya yakin SBY tau akan keresahan semua pihak tapi menutup diri dan tak memperdulikan segala kritikan, bagi saya ini lebih cantik dari Soeharto. karena jika dikerasi otomatis Citra SBY rusak sekaligus tetapi apabila dibiarkan malah citra SBY masih hidup disebagian besar rakyat yang memlih beliau sampai 60 %
Sedangkan bagi PNS atau TNI, atau POlRI yang bersifat kritis, SBY memlilih tidak menggunakan cara keras seperti Soeharto juga, tetapi dengan Counter Attack, seperti contoh Adjie Suradji dan Susno, kasus korupsi yang dikenakan terhadap mereka bagi saya muncul karena mereka kritis, sedangkan jika mereka diam pasti Susno dan Adjie bisa bebas dari kasus, karena otomatis lembaga negara pasti akan melindungi citra institusinya.
Mungkin sekedar opini yang tidak penting, tapi kita harus bertanya-tanya dan merefleksikan semuanya dan menemukan jawabannya sendiri di hati Nurani kita, LEBIH SOEHARTOKAH SBY..???
SALAM
MUHAMAD HAZAIRIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H