Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Hoaks Gampang Tersebar?

20 Juni 2023   11:38 Diperbarui: 20 Juni 2023   11:41 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat menggunakan Canva.

Mengapa Hoaks Gampang Tersebar? -- Awalnya saya diam, tidak memberitahukan siapa pun mengenai apa yang saya tahu dari seseorang, sebut saja dia A. Sebenarnya tidak enak memendamnya sendiri karena terkait nama beberapa orang yang sepertinya perlu diklarifikasi namun serba salah juga untuk membukanya karena bisa terjadi kesalahpahaman.

Sebagai "orang luar" dari masalah ini, saya merasa bisa melihat duduk persoalannya di mana. Untuk sementara, B, C, dan D mengira penyebab A bersikap tidak enak adalah karena D. Ada sesuatu pada D yang membuat A kurang berkenan.

Seiring berjalannya waktu, saya mengetahui bahwa D sudah diberi tahu oleh B dan C mengenai apa yang sudah mereka ketahui, berdasarkan penuturan A. Dari tanggapannya, saya menduga D merasa tidak enak dan sempat berkata ingin menjauh saja. Saya segera menghubungi D secara japri dan memintanya bersabar, saya ingin mengutarakan apa yang saya ketahui berdasarkan penuturan A.

Saya pikir perlu meluruskan walaupun bukan urusan saya karena saya mendengar sendiri dari A mengenai apa yang membuatnya tidak nyaman dan dia sama sekali tidak menyebut-nyebut nama D. Dia malah menyebut nama lain maka dari itu saya berani mengatakan bahwa masalah sesungguhnya bukan pada D. Oleh sebab itu saya perlu meluruskannya agar D bisa mengambil sikap yang tepat.

Kepada saya D berkisah bahwa dia sebenarnya tidak memercayai A berpikiran buruk terhadapnya sebelum A sendiri yang mengonfirmasi kebenarannya sebab dia tidak pernah ada masalah dengan A. Namun demikian tak urung dia merasa tidak enak karena namanya dibawa-bawa.

Kurang lebih seperti dalam kasus di atas hoaks bekerja. Informasi yang diterima tidak menyeluruh karena memang pemberi informasinya tidak memberikannya secara menyeluruh. Beda orang beda informasi yang diberikannya. Orang yang mendengarkannya juga memiliki interpretasi sendiri. Kalau masih ingat permainan kata berantai, seperti itulah kira-kira. Orang kesekian yang menerima informasi bisa secara tidak sengaja mendistorsi pesan aslinya karena intrepretasi subyektifnya.

Saya jadi teringat pada sebuah film pendek yang saya tonton saat menerima materi Melawan Hoaks yang Berserak saat mengikuti Training of Trainer Lityerasi Digital dengan Pendekatan KAP (komunikasi antar pribadi) awal Mei lalu.

Dalam film itu diperlihatkan seorang perempuan memasukkan uang koin dalam kotak amal. Uang koinnya menyumbat lubang kotak sehingga seorang laki-laki tidak bisa memasukkan uang kertasnya ke dalam lubang. Dia berupaya mendorong koin yang menyumbat itu namun malah jadi runyam.

Bagian atas kotak amal pecah karena tangannya terjeblos di dalamnya. Tiba-tiba si perempuan berbalik karena kelupaan sesuatu. Dia kaget melihat ada laki-laki yang tangannya masuk di dalam kotak amal.

Orang yang baru melihat situasi ini bakal berpikir si laki-laki itu mau mengambil uang di dalam kotak amal padahal dia ingin menyumbang dengan jumlah yang jauh lebih besar daripada yang tertera pada sebuah koin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun