Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Blogshop Makassar, 'Behind The Scene'-nya Perempuan

24 Juli 2011   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gaung BLOGSHOP KOMPASIANA TELKOMSEL di Makassar semakin terasa menjelang hari H (23 Juli 2011, bertepatan dengan hari anak nasional). Tidak perempuan tidak laki-laki, para blogger KOMPASIANA, yang lama maupun yang dadakan (dadakan maksudnya, baru mendaftar KOMPASIANA karena ingin belajar lebih banyak tentang ngeblog dari ajang ini), berusaha supaya namanya masuk dalam daftar peserta. Ada yang harap-harap cemas, sebenarnya sangat berharap namanya masuk di daftar peserta namun cemas karena pendaftar sudah menunjukkan bilangan 200-an. Peserta terkonfirmasi akhirnya ada 124 orang, kurang 1 dari kuota (125 orang) yang disediakan panitia.

Sahabat saya dari Palopo, Mariana Janis dengan bersemangat mengarungi jalan poros panjang Sulawesi Selatan demi meraup pengetahuan dari ajang ini. Juga sahabat-sahabat saya yang dari Maros, Rahmah Usman dan Mursyidah Mesra. Tak ketinggalan sahabat saya yang di Makassar, Nur Sahadati dan juga saya sendiri. Kammi berlima bertemu di dunia maya dalam naungan grup IIDN Makassar, merupakan bagian dari grup IIDN Interaktif yang beranggotakan lebih dari 2000 perempuan-perempuan penggiat menulis di seluruh Indonesia. Kopi darat adalah hal yang langka bagi kami. Sambil meraup ilmu, kami pun berharap bertemu di dunia nyata melepas kangen.

Seperti ibu-ibu lain yang meninggalkan anak-anak di rumah, sesekali saya dan suami saling menelepon (saya harus berbisik tentunya karena tengah mengikuti materi) atau mengirim SMS  berkaitan dengan 'kemaslahatan' ketiga anak kami. Tak berapa lama, saya mendengar seorang ibu dari meja sebelah juga sedang bisik-bisik, menelepon. Saya tak perlu mencuri dengar, karena dari tempat duduk saya masih jelas terdengar ia sedang berbicara dengan orang  yang dipercayakan untuk menjaga anak-anaknya. "Wah, saya tak sendiri," begitu pikir saya. Ia memberi arahan-arahan singkat dan jelas tentang apa yang harus dilakukan si penerima telepon. Ada pula seorang ibu yang datang dengan anak laki-laki usia ABG.

Syukurlah, kedua anak saya yang besar (usia 10 tahun dan 4 tahnu 9 bulan) sudah mulai paham jikalau sesekali mamanya perlu juga keluar rumah untuk charging otak, mengisi otak dengan nutrisi-nutrisi ilmu agar tak mampet dihajar rutinitas harian pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya. Hanya yang kecil saja yang belum mengerti karena usianya baru 1 tahun 9 bulan. Meski masih menyusu, ia tak rewel ditinggal di rumah.

Sulung saya Affiq hanya bertanya, "Mama mau ke mana?" Saat dijawab ia pun mahfum, tak bereaksi apa-apa. Hanya si tengah Athifah yang masih berusaha supaya bisa ikut. ia berkata, "Mama, saya tidak pernah ikut acaranya mama." Saya menjawab, "Acara ini tidak boleh bawa anak kecil, Nak. Nanti kita berdua disuruh pulang kalau Athifah ikut." Ia lalu berkata, "Nanti saya rindu kalau mama pergi." Saya menjawab, "Insya Allah mama tak lama, Nak." Iya mengulangi jawaban saya, "Benar, mama tidak lama?" Saya menegaskan, "Tidak, Nak." Kemudian ia berkata lagi, "Kalau saya butuh sesuatu, nanti saya telepon mama ya?" Sambil menahan geli saya berkata, "Iya." Dan saat saya hendak keluar rumah ia melambai seraya berkata, "Mama, hati-hati di jalan ya. I love you." Saya membalas, "I love you juga".

Saat saya tiba kembali di rumah menjelang maghrib, Athifah menyambut saya dengan pertanyaan, "Kenapa mama lama? Katanya cuma sebentar!" Saya berkata, "Mama tidak lama koq. Mama kan pulang sore. Kalau pulang malam, itu baru namanya lama." Bungsu saya sangat senang melihat saya pulang. Kasihan, ia pasti ingin sekali menyusu. Bagaimana reaksi si sulung? Durasi kepergian saya masih masuk dalam batas toleransinya, jadi ia merasa tak perlu berkata apa-apa.

Anak-anakku, sangat menyenangkan mengetahui kalian menantikan kepulangan mama. Tak mungkin mama tega berlama-lama di luar sana meninggalkan momentum-momentum yang sangat berharga bagi usaha merajut tali batin di antara kita. Setiap saat bagi mama adalah momentum itu. Mama hanya perlu sesekali mengisi otak dengan nutrisi ilmu di tempat lain, apalagi ini tentang menulis, kegiatan yang bisa mama lakukan tanpa  meninggalkan kalian. Tanpa perlu melewatkan momentum berharga itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun