- Judul: Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat
- Penulis: Dr. Yansen TP., M.Si
- Penerbit: Elex Media Komputindo
- Tahun terbit: 2014
Hay Consultant, sebuah institusi di bidang sumber daya manusia yang terkemuka di dunia mengatakan, “Membangun kesadaran diri adalah langkah yang harus dibuat untuk menciptakan seorang pemimpin. Pemimpin puncak harus melakukan ‘inner journey’ atau penelusuran ke dalam dirinya sendiri.”
Penelusuran ke dalam diri bisa diartikan sebagai penelusuran spiritual yang menyentuh sisi kemanusiaan. Seorang pemimpin haruslah menyadari kewajibannya sebagai pemimpin dan menyadari konsekuensi dari tanggung jawab yang diembannya.
Kaidah spiritual adalah salah satu hal yang dipentingkan oleh Dr. Yansen TP., M.Si – penulis buku Revolusi dari Desa, di dalam bukunya. Buku ini merupakan hasil kajian doktoralnya, yang kemudian dipraktikkan di Malinau (dinamakan Gerakan Desa Membangun – GERDEMA) sejak masa baktinya sebagai bupati Malinau, Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2012. Hingga kini, Kabupaten Malinau telah menuai hasil yang menggembirakan dengan diperolehnya kemajuan pada berbagai bidang di sana.
Menariknya, ada 6 kata “spiritual” dalam buku ini. Di antaranya: Dapat diyakini bahwa setiap pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual, pasti akan memiliki level kepemimpinan yang baik, benar, dan kuat (halaman 91). Dan: Kemampuan spiritual: memiliki mental dan moral dan perilaku yang baik (merupakan salah satu nilai kepemimpinan khas dan spesifik yang harus ditanamkan untuk para pemimpin di desa – halaman 139).
Untuk memperkuat kepemimpinan GERDEMA, Nilai Kecerdasan Spiritual merupakan salah satu nilai yang mutlak dimiliki. Dalam nilai ini terkandung makna kesempurnaan akal budi seseorang dan kepedulian antar sesama manusia serta alam sekitarnya berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki semangat kerohanian yang tinggi akan sangat mendukung seorang pemimpin menjalankan tugasnya. Kehidupan rohani yang baik akan menjadi nilai yang kuat dalam memberi arah yang jelas untuk melangkah. Nilai kerohanian juga dapat menjadi filter dalam berperilaku (halaman 90).
Sekarang, mari kita tinggalkan sejenak masa kini dan mundur ke catatan lampau, tepatnya pada dua hari di bulan April 2002. Saat itu Harvard Business School mengadakan sebuah forum diskusi. Forum diskusi itu merangkum mengenai nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinan dan diberi judul Does Spirituality Drive Success?
Semua yang hadir sepakat dan setuju bahwa spiritualisme terbukti mampu membawa seseorang menuju tangga kesuksesan dan berperan besar dalam menciptakan mereka menjadi seorang powerful leader. Mereka sepakat bahwa paham spiritualisme mampu menghasilkan 5 hal:
- Integritas atau kejujuran.
- Energi atau semangat.
- Inspirasi atau ide dan inisiatif.
- Wisdom atau bijaksana, serta
- Keberanian dalam mengambil keputusan.
Nah, saya percaya kelima hal tersebutlah yang mengantarkan Kabupaten Malinau melalui kepemimpinan Dr. Yansen TP., M.Si bisa sukses melaksanakan GERDEMA selama dua tahun lebih.
Apa buktinya? Baiklah, sebelum membaca Anda boleh menyimak keberhasilan GERDEMA pada tabel-tabel di halaman 165 – 176. Ini dua contohnya (halaman 166):
Sebelum GERDEMA diberlakukan:
Disiplin rendah (aparat jarang ngantor). Hanya aparat di kota saja yang aktif, sedangkan di daerah pedalaman dan perbatasan, berkantor di rumah masing-masing. Alokasi yang langsung dikelola desa: Rp. 200 – Rp. 500 juta/desa /tahun.
Setelah GERDEMA dilaksanakan :
Terjadi peningkatan disiplin aparat (hasil monitoring dan evaluasi (MONEV) sebanyak 61,68% aparat desa aktif bekerja di kantor, sebanyak 38,32% aktivitas di kantor masih terbatas). Alokasi yang langsung dikelola desa: Rp. 1,2 Miliar – Rp. 1,3 miliar/desa/tahun.
Tentu saja buku ini tidak semata-mata berisi tentang sharing kesuksesan GERDEMA. Anatomi buku ini terdiri atas 7 bab, yaitu:
- Bab I PENDAHULUAN Menggugat Konsep Pembangunan
- Bab II Teknik Merancang Pembangunan
- Bab III Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) Sebuah Revolusi dari Desa
- Bab IV Kepemimpinan dalam GERDEMA
- Bab V Profil Desa dan Hubungan Antar Lembaga
- Bab VI Mekanisme dan Keberhasilan GERDEMA
- Bab VII Rekam Jejak Sebelum dan Setelah GERDEMA
Penulis mengawali pembahasannya dengan membeberkan bagaimana selama ini pelaksanaan pembangunan pada umumnya di negara kita. Selama ini berbagai persoalan mengenai kebutuhan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan di berbagai bidang belumlah secara hakiki terpecahkan. Pola pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (for the people, from the people, and by the people) yang selama ini digaungkan, belum dapat terwujud (halaman 3).
Di bab II, pendekatan manajemen strategi (manajemen pembangunan) dalam melaksanakan pembangunan dipaparkan oleh penulis. Dikatakan bahwa program akan mendapatkan hasil yang optimal dan terukur dampaknya jika didasarkan pada visi bersama (shared vision). Visi tersebut perlu dipahami oleh segenap pemangku kepentingan (stakeholder), sehingga semua program pembangunan mempunyai irama dan arah yang sama, yaitu kesejahteraan rakyat (halaman 17). Dalam bab ini pula dipaparkan oleh penulis mengenai apa yang mendorongnya melanerapkan konsep GERDEMA.
Mengenai GERDEMA diulas dengan gamblang di bab III. Revolusi dari desa merupakan sebuah gerakan dari bawah, yang juga dapat bermakna gerakan dari rakyat untuk kesejahteraan rakyat (halaman 43). Intinya, karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimulai dari desa. Dan, percaya sepenuhnya kepada rakyat harus diusahakan hingga kepada pengelolaan sumber pendanaan agar bisa dikelola secara kreatif dan efektif.
Yang patut diingat, GERDEMA mempersyaratkan agar setiap desa mempertahankan karakternya masing-masing. Identitas tradisional dan nilai-nilai kearifan lokal tidak boleh dihilangkan karena merupakan modal besar kekayaan desa. Desa tidak boleh dijadikan sebagai objek pembangunan yang sarat nuansa politik. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah bahwa GERDEMA memiliki 3 esensi: gerakan itu berasal dari rakyat, gerakan itu dilakukan oleh rakyat, dan gerakan itu menghasilkan manfaat untuk masyarakat desa.
Pentingnya kepemimpinan, dibahas pada bab IV. Kepemimpinan menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan GERDEMA. Tanpa kepemimpinan yang tepat, GERDEMA tidak akan berjalan secara maksimal. Selain itu kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan layanan publik (halaman 85).
Konsep kepemimpinan dipahami dan diterapkan dengan baik oleh bupati Malinau: kepemimpinan mempunyai penekanan yang sama yaitu arah dan tujuan bagi organisasi (dalam hal ini wilayah yang dipimpinnya). Kepemimpinan lebih banyak berfokus menciptakan visi ke depan bagi organisasi dan mengembangkan strategi jauh ke depan tentang perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi tersebut bagi organisasi. Kepemimpinan lebih banyak memandang pada horizon yang luas (keeping eye on the horizon) dan menekankan hasil-hasil jangka panjang (long term result)Kotter,1996.
Baik pada policy level, managerial level, maupun operational level, yang mengemban tugas sebagai pemimpin dalam GERDEMA haruslah memiliki loyalitas tanpa batas dalam mengabdi kepada masyarakat dan daerah. Pengabdian tanpa batas ini menuntut ketulusan, keikhlasan dengan komitmen yang tinggi, bekerja keras dan bekerja cerdas dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin.
Pada bab VI dipaparkan tentang keadaan desa-desa di Kabupaten Malinau beserta sebelum penerapan GERDEMA dan bagaimana desa-desa itu kemudian mampu menerapkannya. Perubahan yang dilakukan Pemkab Malinau dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat meliputi perubahan paradigma, perubahan mental, dan perubahan model pembangunan. Terjadilah pergeseran-pergeseran. Juga perubahan positif dalam pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Maka beragam kreasi pembangunan menjadi niscaya karena mereka mengelola sendiri urusan dan dananya. Masyarakat pun mampu menganalisa kebutuhan mereka sendiri sehingga tahu apa yang harus dan tidak perlu dilakukan.
Jika saja konsep GERDEMA disepakati untuk diterapkan di seluruh Indonesia, seluruh rakyat Indonesia akan secepatnya memperoleh kesejahteraannya. Mudah-mudahan saja tidak butuh waktu lama karena buku Revolusi dari Desa sudah bisa diperoleh di toko-toko buku Gramedia. Namun tergantung pada para pemimpin kita juga, apakah memang bersungguh-sungguh menginginkan rakyatnya sejahtera ataukah tetap terpaku pada pola pembangunan konvensional?
Makassar, 27 November 2014
Catatan kaki:
Dinukil dari buku Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, karya Ary Ginanjar Agustian (Penerbit Arga, 2003), halaman 7.
Dinukil dari buku Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, karya Ary Ginanjar Agustian (Penerbit Arga, 2003), halaman 5.
Dinukil dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971091-MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/TIPE_DAN_FUNGSI_KEPEMIMPINANx.pdf, diakses pada 27 November 2014 pukul 00.12 WITA.
Catatan:
Sumber foto: https://app.box.com/s/9dr948z63k48d0ieuzlp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H