Saya tak nonton sampai habis acara Indonesia Lawyers Club (ILC) Selasa malam kemarin karena sudah ngantuk berat padahal materinya menarik. Sama menariknya dengan materi “LGBT Marak, Apa Sikap Kita” yang digelar pada minggu lalu. Materi yang baru ini judulnya “Aduuuh Bang Ipul”, menyorot kasus yang tengah membelit Saipul Jamil, artis dangdut top itu.
Kasus ini dikatakan oleh seorang perwira polisi sebagai “kasus biasa”, maksudnya adalah karena kepolisian biasa menangani kasus ini. Namun ini seakan menjadi luar biasa karena yang digugat adalah seorang artis yang sudah punya nama besar.
Tapi lantas jangan diartikan kata “biasa” itu sebagai “banyak masalah di negara ini yang lebih serius daripada kasus ini” seperti yang dikatakan Jupiter di ILC. No. Pahami konteks “biasa” di sini. Siapa pun itu, kalau dia melakukan pelecehan seksual kepada anak di bawah umur, itu bukan hal kecil. Oya, korban DS ini di bawah umur ya karena usianya di bawah 18 tahun, berdasarkan UU Perlindungan Anak.
Maraknya kasus seperti ini akhir-akhir ini justru harus dianggap sebagai WARNING dahsyat bagi para orang tua agar semakin hati-hati dalam menjaga buah hatinya. Predator seksual di mana-mana, Kawan! Efeknya buruk. Bukan hanya luka psikis, luka fisik, atau trauma. Juga kemungkinan untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain!
Seperti yang kita tahu, Pak Asrorun Ni’am, ketua KPAI pun mengatakan bahwa anak itu punya kemampuan imitasi. Juga demikian halnya yang dikatakan mbak-mbak yang mewakili KPI (saya lupa catat namanya). Ada lagi hal mengejutkan yang dikatakan mbak dari KPI itu, ada kasus anak laki usia sekolah dasar, saat harus tampil pada suatu acara di sekolahnya, anak itu memilih memakai pakaian perempuan dan mengenaka high heels!
Jadi, mari kita lihat kasus ini bukan untuk memuaskan keingintahuan kita akan kehidupan glamour artis, melainkan juga melihat semua aspeknya. Dan karena ini belum terbukti benar atau salahnya maka kita tunggu dulu perkembangannya, jangan memvonis dulu.
Begini saja, terlepas dari si Saipul Jamil benar atau salah, mari melihat kasus ini sebagai WARNING yang mengingatkan kita mengenai 4 hal berikut ini:
- Kasus pelecehan seksual, entah itu dilakukan oleh orang yang homo seksual ataupun hetero seksual terhadap anak tidak bisa dianggap remeh. Orang tua harus waspada.
- Keberanian DS melaporkan kasus ini patut diacungi jempol karena konon sedikit sekali korban pelecehan seksual yang berani melaporkan orang yang melakukan tindakan pelecehan kepadanya. Saya setuju dengan psikolog forensik – Pak Reza Indragiri mengenai hal ini. Anak-anak Indonesia perlu disemangati untuk melaporkan hal ini supaya pelakunya jera.
- Lindungi anak-anak dari perilaku mengagumi artis ataupun orang lain secara berlebihan. Anak-anak pribadinya masih labil. Yang tampak keren di depan mata itulah yang hebat. Bisa saja, ketika bertemu orang yang diidolakannya, anak mau saja diajak atau diiming-imingi sesuatu. Ini pernah dibahas dalam suatu talkshow yang menampilkan Bu Erlinda dari KPAI.
- Kalau ternyata SJ tidak bersalah dan DS terbukti memfitnah, ini pun warning bagi kita. Jangan dikira semua anak-anak polos. Ada juga, lho anak-anak yang bisa memanipulasi keadaan untuk mendapatkan keinginannya. Saya pernah shocked karena dimanipulasi seorang anak sekolah dasar, kawan anak saya. Dia menuduh saya berbohong padahal dia yang sedang berbohong. Ceritanya bisa dibaca di tulisan berjudul Anak Itu Menuduh Saya Berbohong.
[caption caption="Sumber: www.kompas.com"][/caption]
Nah, buat ibu-ibu pecinta infotainmen, sekali lagi, yuk ... mari menelisik kasus ini dengan baik. Jangan asal nonton infotainmen, jangan menghakimi, dan mari persenjatai diri dengan pengetahuan untuk menghadapi keempat hal yang juga menjadi tantangan kita. Buat bapak-bapak yang sangat sibuk, yuk mendekat pada anak. Anak membutuhkan bapak juga, bukan hanya ibu.
Makassar, 24 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H