Â
Rela terjebak macet saat mudik supaya bisa merayakan di tanah kelahiran, kenapa sih?
Setiap daerah tentu memiliki ciri khas masing-masing  ketika lebaran. Tentunya, merayakan lebaran di desa berbeda dengan di Ibukota. Pulang kampung alias mudik selalu jadi sorotan ketika Hari Raya Idul Fitri sudah di depan mata.
Tidak hanya sekadar ingin berkumpul dengan keluarga. Tetapi, perbedaan budaya di desa dan kota sangatlah berbeda. Jika di kota, seseorang akan melakukan open house dengan mengundang sanak keluarga maupun kerabat terdekat. Sementara di desa, biasanya masyarakat akan bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah lainnya.
Setiap tahun, menjelang hari raya Idul Fitri, suasana di kampung halaman menjadi begitu hidup. Dari kota-kota besar hingga desa-desa terpencil, perayaan Lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga Indonesia. Â Begitupun bagi mereka yang telah lama meninggalkan kampung halaman untuk meniti karier di kota besar atau luar negeri, momen Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk kembali berkumpul dengan keluarga tercinta.
 "momen lebaran bagi saya itu kan momen yang istimewa. Meskipun udah lama gak pulang ke kampung halaman, tapi setiap tahun nya saya selalu mengusahakan untuk pulang supaya bisa merayakan bersama keluarga besar," jelas wawan, seorang warga yang merantau ke Jakarta.
"Lebaran di tempat kelahiran itu  waktu yang paling ditunggu-tunggu banyak orang.  Momen di mana kita bisa berkumpul kembali dengan keluarga besar dan merayakan kebersamaan. Mengenang momen waktu kecil juga," kata Esri, seorang warga lainnya.
Di pagi hari nya, warga di kampung halaman sudah sibuk bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Masjid dan surau dipenuhi oleh umat yang memadati tempat ibadah. Suasana kekhusyukan terasa begitu kuat, seolah menyatu dengan sejuknya udara di pagi hari.
Seperti hal nya Eka, salah satu warga yang membagi ceritanya di pagi yang penuh kebersamaan, dari rebutan kamar mandi sampai berangkat ke masjid bersama keluarga. Meskipun melelahkan, momen-momen seperti itu akan sangat dirindukan.
Setelah sholat, suasana gembira merayakan Lebaran pun dimulai. Keluarga saling bersilaturahmi, berkumpul di rumah nenek atau orang tua yang menjadi pusat pertemuan setiap tahunnya. Teriakan "Mohon maaf lahir dan batin!" bersahutan di antara pelukan hangat dan tawa riang.
Tak lupa dengan tradisi khas Lebaran, hidangan lezat mulai disajikan di atas meja. Ketupat, opor ayam, rendang, dan berbagai hidangan tradisional lainnya yang menggugah selera setelah sebulan penuh menahan diri dari berbagai macam makanan.