Di penghujung hari, ketika cahaya matahari semakin redup, Â
Malam menyelimuti semakin kelam, seolah tak ada harapan. Â
Bintang-bintang tampak bersembunyi di sebalik awan, Â
Sahabatku sang bulan, kini hanya berpendar pudar.
Di setiap sudut rumah, kenangan berteriak ingin keluar, Â
Seperti angin yang merayap menyiksa, menggigiti hati. Â
Kegelapan yang datang, membawaku akan kembali, Â
Pada jejak yang tertinggal, rasa sakit yang tak henti berulang kali.
Suara malam menambah kesunyian, Â
Gemuruh degup jantung ini, seperti tak berdaya. Â
Satu persatu bintang jatuh, seolah mengerti arti, Â
Mereka pun ikut bersedih, saat engkau telah tiada di sini.
Di bawah langit yang bernuansa kelabu, Â
Aku merangkai satu harapan, meski penuh diselimuti dengan debu. Â
Malam adalah saksi bisu dari segala luka, Â
Namun, di antara kesedihan yang menyiksa, ada terselip doa yang terucap.
Semoga besok akan datang dengan cahaya baru menyinari, Â
Menghapus bayang-bayang luka, memberi warna baru kembali. Â
Walau malam inidingin, gelap dan penuh duka, Â
Aku akan menanti, hingga bintang-bintang bisa bersinar ceria lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H