Mohon tunggu...
Mugi Rahayu
Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Hobi saya membaca dan menulis. Menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Ada Apa di Rumah Sebelah?

27 Oktober 2024   09:21 Diperbarui: 27 Oktober 2024   09:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pinggiran kota, terdapat sebuah perumahan baru yang sepi. Di antara deretan rumah-rumah modern, satu rumah besar berdiri angker dan kosong. Dulu, rumah itu terlihat megah, tetapi kini terabaikan, dikelilingi ilalang yang tumbuh liar dan catnya yang mulai mengelupas. Warga sekitar menghindari rumah itu, mengatakan bahwa tempat itu berhantu. Meskipun tidak ada bukti konkret, rumor terus beredar, menjadikan rumah itu sebagai pusat cerita seram di kalangan anak-anak dan remaja.

Suatu malam, Andi, seorang pemuda pemberani, berkumpul bersama teman-temannya---Rina, Joko, dan Tia. Mereka membahas rumor mengenai rumah kosong tersebut. Rina, yang terkenal penakut, berusaha menakut-nakuti yang lain. "Katanya, ada suara anak kecil menangis di dalamnya," ujarnya, suaranya bergetar.

"Ah, itu cuma mitos," Joko menimpali, "Kalau kau berani, kita harus menjelajahi rumah itu malam ini!" Tia, yang menyukai tantangan, setuju. "Ayo kita buktikan bahwa itu semua hanya omong kosong." Tentu saja, semangat petualangan mereka tidak terelakkan, meskipun Rina tampak ragu.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk berangkat ke rumah kosong. Dengan senter di tangan dan berbekal keberanian, mereka melangkah menuju rumah yang sudah lama ditinggalkan itu. Saat mereka tiba di depan pintu, angin berhembus dingin, seolah menyambut kedatangan mereka. Dinding rumah itu terlihat retak dan pintunya berdecit saat mereka dorong. Aroma lembab dan bau busuk menyambut mereka, membuat Rina terbatuk-batuk.

Di dalam, kegelapan menyelimuti ruangan, dan bayangan-bayangan aneh tampak bergerak di sudut pandang mereka. "Bisa kau nyalakan senter itu, Andi?" Tia meminta. Dengan hati-hati, Andi menyalakan senter, menerangi ruangan yang berantakan. Debu beterbangan saat cahaya menyentuh perabotan yang terabaikan. Di sudut ruangan, sebuah kursi goyang tampak seperti menunggu kehadiran seseorang.

Saat mereka menjelajahi rumah, mereka menemukan perabotan yang berdebu dan barang-barang yang tampak sudah lama tidak terurus. Jendela-jendela yang pecah memperbolehkan cahaya bulan masuk, memberikan suasana yang menakutkan. Rina mulai merasa tidak nyaman. "Kita harus pergi, ini tidak enak."

"Jangan takut!" Andi mencoba menenangkan, tetapi suasana semakin mencekam. Mereka mulai menjelajahi rumah, setiap langkah mereka terasa berat. Tia menemukan tangga yang menuju ke lantai atas. "Ayo, kita lihat ke atas!" katanya antusias. Meskipun ragu, Andi, Rina, dan Joko mengikuti.

Lantai atas lebih gelap, dan suasananya semakin angker. Ketika mereka sampai di ruangan utama, Tia melihat sebuah lukisan besar di dinding. "Lihat, lukisan ini terlihat aneh," katanya, menunjuk. Lukisan itu menggambarkan keluarga yang terlihat bahagia, tetapi mata mereka tampak kosong dan menyeramkan. Rina merinding, merasa ada yang tidak beres. "Apa ini? Kenapa matanya seperti itu?" tanyanya.

Tiba-tiba, suara tangisan lembut terdengar dari ujung lorong. Suara itu membuat bulu kuduk mereka berdiri. "Apa itu?" Joko berbisik, wajahnya pucat. "Mungkin hanya suara angin," Andi menjawab, tetapi ia sendiri merasakan ketakutan. Rina, yang sudah ketakutan, berkata, "Aku ingin pergi. Mari kita keluar!" Tetapi sebelum mereka bisa bergerak, suara tangisan itu semakin keras. "Tunggu," Tia berkata, "kita harus melihat dari mana suara itu berasal." Mereka maju perlahan, mengikuti suara yang semakin mendekat.

Di ujung lorong, mereka menemukan sebuah pintu yang tertutup. Suara tangisan itu semakin jelas. "Buka pintunya," Tia berbisik. Andi, dengan jantung berdebar, mendorong pintu itu. Saat pintu terbuka, mereka terkejut melihat ruangan yang gelap dan berdebu, dengan sebuah kursi goyang di tengahnya.

Tiba-tiba, kursi goyang itu bergerak sendiri. Mereka terpaku, tidak bisa bergerak. "Apa yang terjadi?" Rina berteriak, ketakutan. "Kita harus pergi!" Joko berlari ke belakang, tetapi pintu keluar tampak lebih jauh dari sebelumnya. Saat mereka berusaha berbalik, cahaya senter Andi mulai berkedip-kedip, menciptakan bayangan aneh di sekeliling mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun