Mohon tunggu...
Kuning Hitam
Kuning Hitam Mohon Tunggu... Petani - Komunitas Ranggon Sastra

Semua ini terjadi, lewat tanpa permisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelaki di Depan Halte

1 Maret 2020   16:50 Diperbarui: 1 Maret 2020   16:47 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu di halte.
Lelaki berida di pinggir jalan
menghadap halte bus di atas trotoar:
rambutnya botak
berkulit hitam, berbaju hitam dan bercelana hitam
tangannya menggenggam bungkus susu cokelat

Kedua matanya menuding kepadaku
mulutnya yang bergeming seakan berkata:
   "Kau lelaki ganjil!"
   "Ya, aku" jawabku sambil pergi.

Bulu-bulu matahari rontok diusap waktu, membuatku kembali.
Lelaki berida di pinggir jalan
menghadap halte bus di atas trotoar:
tubuhnya menjilat debu
tangannya menggenggam dua gelas plastik
berisi keringat

Kedua anak matanya menyulut api
membakar segala air mata yang membeku;
membasahi lekuk pipi dan mulutnya yang kering.
Kuberi sebungkus waktu dan tisu:
   "mari kita bersulang di atas deru" ucapnya dengan bisu, pikirku

Bandung, Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun