Lulu menatap panci presto di hadapannya dengan penuh rasa penasaran. Hari ini, dia bertekad untuk memasak bandeng presto untuk ulang tahun ayahnya. Katanya, membuat bandeng presto itu tidak mudah, dan Lulu ingin membuktikannya sendiri.
Beberapa hari sebelumnya, Lulu sudah berkonsultasi dengan Bu Arni, tetangganya yang terkenal jago masak. Bu Arni dengan senang hati mengajari Lulu cara membuat bandeng presto, mulai dari memilih bahan yang tepat hingga teknik presto yang benar.
Lulu begitu antusias belajar. Dia rela menghabiskan waktu berjam-jam di dapur Bu Arni, mendengarkan dengan saksama setiap instruksi. Bahkan, Lulu sampai ikhlas mengambil uang tabungannya untuk membeli bahan-bahan terbaik.
Hari ini adalah hari H. Lulu bangun pagi-pagi sekali untuk memulai persiapan. Dia mengikuti semua langkah yang diajarkan Bu Arni dengan cermat. Memilih bandeng segar, membersihkannya dengan hati-hati, membumbuinya dengan racikan istimewa, dan memasukkannya ke dalam panci presto.
Proses memasaknya cukup menegangkan. Lulu harus menunggu selama satu jam dengan rasa cemas. Bagaimana jika bandengnya tidak matang sempurna? Bagaimana jika bumbunya tidak meresap?
Namun, semua kekhawatiran Lulu sirna saat dia membuka panci presto. Aroma harum langsung menyeruak, dan bandengnya terlihat begitu menggoda. Lulu tersenyum lebar. Dia berhasil!
Dengan penuh cinta, Lulu menata bandeng presto di atas piring. Dia ingin memberikan kejutan spesial untuk ayahnya.
Saat ayahnya pulang kerja dan melihat hidangan istimewa itu, raut wajahnya langsung berseri-seri. Dia tidak menyangka Lulu akan membuat bandeng presto untuknya.
"Wah, Lulu, ini luar biasa! Kamu belajar masak dari mana?" tanya ayahnya dengan kagum.
Lulu menceritakan semua usahanya dengan penuh semangat. Ayahnya mendengarkan dengan penuh perhatian, dan matanya berkaca-kaca karena terharu.