Â
Pagi yang cerah di Tangerang Regency, Banten.** Sinar mentari menembus jendela kamar Nara, membangunkannya dari mimpi indah. Hari ini adalah hari Minggu, dan Nara berencana mengadakan pertemuan OSIS di rumahnya.Â
Namun, alih-alih merasa senang, Nara justru dilanda rasa panik. "Aduh, apa yang harus aku sajikan untuk teman-temanku?" gumamnya dalam hati. Nara tidak ingin mengecewakan teman-temannya, apalagi dengan perut kosong.
Tiba-tiba, Nara teringat akan kue lapis milenial yang pernah dia lihat di media sosial. Kue itu berwarna-warni dan terlihat sangat menarik. Nara yakin teman-temannya pasti akan menyukainya.
Dengan semangat, Nara berlari ke dapur untuk menemui Ibunya. "Bu, Bu! Bisakah Ibu membuatkan kue lapis milenial untukku?" tanya Nara dengan penuh harap.
Ibunya yang sedang sibuk memasak sarapan, mengerutkan dahinya. "Kue lapis milenial? Apa itu?" tanyanya penasaran.
Nara menjelaskan dengan detail tentang kue lapis milenial yang dia inginkan. Ibunya mendengarkan dengan seksama, dan akhirnya dia tersenyum. "Baiklah, aku akan coba membuatnya untukmu," kata Ibunya.
Nara senang bukan kepalang. Dia membantu Ibunya menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan. Ibunya dengan cekatan menuangkan adonan berwarna-warni ke dalam loyang, dan tak lama kemudian, kue lapis milenial yang cantik dan lezat pun tercipta.