Naluri Seorang Ibu
Bu Arni seorang guru kelas di sebuah SD di Tangerang. Ia sudah mengajar selama 20 tahun, dan selama itu ia sangat mencintai pekerjaannya. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya, baik dalam hal pendidikan maupun dalam hal kasih sayang.
Bu Arni tidak pernah dikaruniai seorang anak. Ia menikah dengan seorang pria yang sangat dicintainya, namun suaminya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Sejak saat itu, Bu Arni arni merasa sunyi  dan sepi . Ia merasa bahwa naluri keibuannya tidak tersalurkan.
Namun, Bu Arni menemukan penyaluran naluri keibuannya dalam murid-muridnya. Ia selalu menyayangi murid-muridnya seperti anak-anaknya sendiri. Ia selalu ada untuk mereka, baik saat senang maupun saat sedih. Ia selalu membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan ia selalu memberikan semangat kepada mereka.
Murid-murid Bu arni pun sangat menyayanginya. Mereka memanggilnya dengan sebutan "Ibu". Mereka merasa nyaman dan aman di dekatnya. Mereka tahu bahwa Ibu Mugiarni akan selalu ada untuk mereka.
Suatu hari, Bu Arni sedang mengajar di kelas ketika salah satu muridnya, bernama Azka, menangis. Bu Arni menghampiri Azka dan bertanya apa yang terjadi. Azka bercerita bahwa ia bertengkar dengan orang tuanya. Ia merasa sedih dan marah.
Bu Arni mendengarkan cerita Azka dengan sabar. Ia kemudian memeluk Azka dan berkata, "Ibu tahu kamu sedih dan marah. Tapi, Ibu yakin kamu bisa melewati ini. Kamu harus kuat."
Azka merasa lebih baik setelah berbicara dengan Bu Arni. Ia merasa bahwa Ibu Arni benar-benar mengerti perasaannya.
Kejadian itu membuat Bu Arni semakin sadar bahwa ia telah menemukan kebahagiaan sejatinya. Naluri keibuannya telah tersalurkan melalui murid-muridnya. Ia merasa bahwa ia telah menjadi seorang ibu yang baik, meskipun ia tidak memiliki anak kandung.