Nara duduk termenung di depan jendela kamarnya. Ia menatap ke luar jendela, memandangi hamparan laut yang luas dan biru. Aroma laut yang ditiup angin sepoi-sepoi membuat ia semakin teringat kampung halamannya di pesisir pantai.
Nara lahir dan besar di sebuah desa nelayan di pesisir pantai Banten. Ia sangat menyukai laut dan semua hal yang berhubungan dengannya. Ia suka bermain air, berenang, dan menangkap ikan bersama ayahnya.
Namun, sejak lima tahun yang lalu, Nara harus meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan pendidikan di kota. Ia tinggal bersama kakaknya, Arni, yang sudah bekerja di kota.
Nara sangat merindukan kampung halamannya. Ia sering memimpikan laut yang luas dan biru, serta deburan ombak yang menenangkan. Ia juga merindukan makanan-makanan khas kampung halamannya, salah satunya adalah kerang laut.
Nara sangat suka makan kerang laut. Ia suka dengan rasanya yang gurih dan manis. Kerang laut juga merupakan makanan yang bergizi.
Di kota, Nara sulit menemukan kerang laut. Hanya ada di beberapa tempat saja, dan harganya pun cukup mahal. Nara sering kali menahan diri untuk tidak membeli kerang laut, karena ia tidak ingin menghabiskan uangnya untuk hal yang tidak penting.
Pada suatu hari, Nara dan Arni pergi ke pasar. Nara melihat ada penjual kerang laut di salah satu kios. Ia sangat senang, dan segera menghampiri penjual tersebut.
"Berapa harga kerang laut ini?" tanya Nara.
"Rp50.000 per kilogram," jawab penjual tersebut.