Oleh MugiarniÂ
Vivi duduk di ruang tunggu kantor Bu Arni, seorang psikolog kriminal. Ia sudah menunggu selama satu jam, dan merasa gugup. Ini adalah pertama kalinya ia bercerita tentang kejadian yang menimpanya. Vivi  seorang mahasiswi berusia 22 tahun. Ia baru saja pulang ke rumah dari kampus ketika ia diserang oleh seorang pria tak dikenal. Pria itu membawanya ke sebuah tempat sepi, lalu memperkosanya. Vivi masih belum bisa melupakan kejadian itu. Ia merasa takut, trauma, dan malu. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, ia memutuskan untuk menemui Bu Arni. Ia berharap Bu Arni bisa membantunya untuk mengatasi traumanya. Ketika Bu Arni akhirnya datang, Vivi langsung menceritakan kejadian yang menimpanya. Bu Arni mendengarkan dengan seksama, tanpa menyela. Setelah Vivi selesai bercerita, Bu Arni berkata, "Vivi, aku tahu ini sangat sulit untukmu. Tapi kamu harus tahu, kamu tidak sendirian. Banyak orang yang pernah mengalami hal yang sama sepertimu." Vivi mengangguk. "Aku ingin membantumu untuk mengatasi traumamu," kata Bu Arni. "Tapi pertama-tama, aku ingin kamu menceritakannya lagi. Kali ini, aku ingin kamu menceritakannya dengan lebih detail." Vivi menghela napas. Ia mulai menceritakan kejadian itu lagi, dengan lebih detail. Ia menceritakan bagaimana pria itu mendekatinya, bagaimana ia membawanya ke tempat sepi, dan bagaimana ia memperkosanya. Saat Vivi bercerita, Bu Arni menulis beberapa catatan. Ia juga mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperjelas cerita Vivi.Â
Setelah Vivi selesai bercerita, Bu Arni berkata, "Terima kasih, Vivi  Aku sudah memahami apa yang terjadi. Sekarang, aku akan menjelaskan apa itu kasus pemerkosaan." Bu Arni menjelaskan bahwa pemerkosaan adalah tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang untuk memaksa korbannya melakukan hubungan seksual, baik dengan kekerasan maupun ancaman. Pemerkosaan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, dan korbannya bisa dari segala usia. "Pemerkosaan adalah tindakan yang sangat kejam dan tidak manusiawi," kata Bu Arni. "Korban pemerkosaan seringkali mengalami trauma yang sangat mendalam, baik secara fisik maupun mental." Bu Arni juga menjelaskan bahwa kasus pemerkosaan bisa diproses secara hukum. Korban pemerkosaan bisa melaporkan kejadian yang menimpanya ke polisi. Jika kasusnya terbukti, pelakunya bisa dihukum penjara. "Aku tahu ini sulit untuk didengar," kata Bu Arni. "Tapi aku ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian. Ada banyak orang yang bisa membantumu." Vivi mengangguk. Ia merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan Bu Arni. "Sekarang, aku ingin kamu fokus untuk memulihkan diri," kata Bu Arni. "Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantumu mengatasi traumamu." Bu Arni kemudian menjelaskan beberapa cara untuk mengatasi trauma pemerkosaan, seperti terapi, konseling, dan dukungan dari orang-orang terdekat. Vivi mendengarkan dengan seksama. Ia merasa optimis bahwa ia bisa mengatasi traumanya. "Terima kasih, Bu Arni," kata Vivi. "Aku akan berusaha untuk mengikuti saranmu." Bu Arni tersenyum. "Aku yakin kamu bisa," katanya. Vivi berdiri dan menjabat tangan Bu Arni. Ia merasa lega karena akhirnya ia bisa bercerita tentang kejadian yang menimpanya. "Sampai jumpa lagi, Vivi," kata Bu Arni. Vivi keluar dari kantor Bu Arni dengan perasaan yang lebih baik. Ia tahu bahwa ia masih memiliki jalan yang panjang untuk ditempuh, tapi ia yakin bahwa ia bisa mengatasi traumanya.
 ** Vivi mengikuti saran Bu Arni. Ia menjalani terapi dan konseling untuk membantunya mengatasi traumanya. Ia juga mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan teman-temannya. Semakin lama, Vivi merasa lebih baik. Ia mulai bisa menghadapi kenyataan yang terjadi. Ia juga mulai bisa membangun kembali hidupnya. Vivi memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya. Ia juga mulai aktif di kegiatan sosial, untuk membantu korban-korban pemerkosaan lainnya. Vivi tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa melupakan kejadian yang menimpanya. Tapi ia bertekad untuk tidak membiarkan trauma itu menguasai hidupnya. Ia ingin menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan bahagia.
 ** Pada suatu hari, Vivi menerima telepon dari Bu Arni. Bu Arni mengatakan bahwa kasus pemerkosaan yang menimpa Vivi sudah selesai. Pelakunya sudah ditangkap dan dihukum penjara. Vivi merasa lega mendengar kabar itu. Ia merasa bahwa keadilan akhirnya tertegakkan. Vivi bersyukur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H