Cerpen: Cintaku Bersemi di Stasiun Daru
Di suatu pagi yang cerah, sinar matahari menyinari Stasiun Daru dengan hangat. Suara kereta yang tiba dan berangkat menciptakan irama yang familiar bagi para pengunjung setia stasiun tersebut. Namun, pada pagi hari itu, ada sesuatu yang berbeda di udara.
Di antara kerumunan penumpang yang sibuk menuju peron, terlihat seorang pemuda dengan rambut cokelat yang kusut, Sasmita namanya. Sasmita adalah seorang mahasiswa yang penuh semangat, dan dia memiliki kebiasaan datang ke stasiun Daru setiap pagi untuk menempuh perjalanan menuju kampusnya. Sementara rambutnya yang selalu tak teratur memberi kesan bahwa dia sering lupa menyisirnya karena keasyikan membaca buku-buku ilmiah.
Pagi itu, ketika Sasmita tiba di stasiun seperti biasanya, dia merasakan atmosfer yang tak seperti hari-hari sebelumnya. Dia merasa ada aura yang berbeda dalam udara. Saat dia melangkah ke peron, pandangannya tertarik pada seorang wanita yang berdiri di tepi peron, memandangi kereta yang tiba.
Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang tersusun rapi, dan matanya yang penuh misteri seakan menembus jauh ke dalam hati siapa pun yang melihatnya. Wajahnya tampak tenang, dan bahkan dalam keramaian stasiun, dia seolah-olah berada di dunianya sendiri. Sasmita merasa tertarik pada wanita itu, dan dia tak bisa mengalihkan pandangannya.
Takdir sepertinya memainkan peran, karena saat kereta tiba dan pintu terbuka, Sasmita dan wanita itu berada di gerbong yang sama. Mereka saling memandang sejenak, dan Sasmita tak bisa menahan diri untuk tidak mengajak bicara.
"Dari mana kau menuju?" tanya Sasmita, mencoba memulai percakapan.
Wanita itu tersenyum tipis. "Aku sedang dalam perjalanan ke kota tetangga untuk sebuah acara seni."
Sasmita yang selalu penuh semangat terpesona oleh ketenangan wanita itu. Mereka mulai berbicara tentang berbagai hal, dari seni hingga buku, dari perjalanan hingga impian. Mereka memiliki pandangan yang sejalan tentang banyak hal, dan percakapan itu terasa begitu alami.
Ketika kereta sampai di stasiun tujuan wanita itu, mereka berdua merasa seperti waktu telah berlalu begitu cepat. Sasmita merasa ada yang istimewa pada pertemuan mereka. Sebelum berpisah, wanita itu memberikan secarik kertas dengan nama dan nomor teleponnya.
"Kalau kau ingin melanjutkan percakapan kita, hubungi aku," kata wanita itu dengan senyuman hangat sebelum dia turun dari kereta.