Aku Bukan Wanita Selingkuhan
Hari itu, matahari terik menyinari jalan-jalan kota dengan hangatnya. Di tengah keramaian tersebut, hiduplah dua tokoh perempuan yang saling berbeda, Sasmita dan Risma. Sasmita adalah seorang wanita yang ceria dan energik, sedangkan Risma adalah gadis cantik yang jarang keluar rumah.
Risma memiliki kecantikan yang menakjubkan sehingga banyak yang ingin meminangnya. Namun, ia lebih memilih menyendiri dan melahirkan karya-karya terbaiknya di dalam rumah. Setiap kali ada kesempatan, Risma tak ragu mengikuti workshop untuk meningkatkan kemampuannya sebagai konten kreator. Salah satunya adalah workshop konten kreator di sebuah hotel.
Pada saat itu, orang-orang di sekitar mulai menaruh curiga terhadap Risma. Pasalnya, ketika Risma menginap di hotel tersebut, ia selalu mengunci pintu rapat-rapat dan jarang terlihat di luar kamar. Mereka mulai mengira bahwa Risma adalah istri simpanan seseorang, menjalani kehidupan terlarang yang tak terlihat oleh mata publik.
Namun, kenyataannya jauh berbeda dari prasangka mereka. Di dalam kamar hotel, Risma benar-benar tenggelam dalam karya terbaiknya. Ia merasa terinspirasi dan ingin memberikan yang terbaik pada workshop yang diikutinya. Dengan tekun, ia menggali ide-ide segar dan menciptakan konten-konten yang inovatif.
Sementara itu, di luar sana, ketidakmengertian dan prasangka semakin memuncak. Orang-orang mulai mencibir Risma, menuduhnya sebagai istri selingkuhan yang berusaha menyembunyikan hubungan terlarangnya. Mereka melontarkan kata-kata penuh kebencian pada Risma, tanpa mengetahui kebenaran sebenarnya.
"Risma itu pasti wanita murahan yang hanya mencari pria kaya untuk memanjakan dirinya!" ujar seorang tetangga dengan suara sinis.
"Aku yakin dia tidak punya pekerjaan tetap. Hanya mengandalkan pria yang menjadi pelindungnya!" timpal seorang teman sekantor dengan nada mengejek.
"Bukankah dia terlalu cantik untuk memfokuskan diri pada karya-karya kreatif? Pasti ada sesuatu yang disembunyikan darinya!" cetus seorang kerabat jauh dengan penuh kecurigaan.
Namun, Risma tak pernah terpengaruh oleh kata-kata kebencian tersebut. Ia tetap fokus pada apa yang menjadi hasrat dan minatnya. Dia mengabaikan prasangka dan memilih untuk melanjutkan karyanya dengan semangat yang tak pernah padam.
Pada suatu hari, ketika Risma keluar rumah untuk memenuhi panggilan sebagai narasumber konten kreator, situasi semakin memanas. Dimanapun ia berada, selalu ada orang yang ingin tahu urusannya. Mereka menuduh Risma sebagai istri selingkuhan dengan berbagai alasan yang semakin menguatkan kebencian pada Risma.
"Ah, dia pasti hanya menjual tubuhnya untuk mendapatkan popularitas sebagai konten kreator," kata seorang netizen dengan penuh kebencian di media sosial.
"Risma itu hanya mengandalkan parasnya yang cantik untuk mendapatkan perhatian pria. Tidak ada yang istimewa dari dirinya!" seru seorang pengikut media sosial lainnya.
"Kalau dia benar-benar berbakat, mengapa harus terlihat seperti itu? Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya!" timpal seorang penggemar yang merasa terkhianati.
Risma terdiam mendengar kata-kata kebencian itu. Hatinya terluka, tetapi ia tetap tegar. Dia tahu bahwa kebenaran akan terungkap suatu saat nanti, dan dia tidak perlu membuktikan apapun kepada mereka yang hanya sibuk mencaci maki tanpa mengetahui kenyataan sebenarnya.
Bulan demi bulan berlalu, Risma terus berkarya dan memperoleh pengakuan atas talentanya. Karya-karyanya mulai dikenal luas, dan banyak orang yang terinspirasi oleh kontennya. Semakin banyak orang yang menyadari bahwa prasangka mereka terhadap Risma tidak berdasar.
Suatu hari, Sasmita, teman dekat Risma, memutuskan untuk membela Risma di depan orang-orang yang terus menerus menuduhnya. Sasmita mengumpulkan bukti-bukti yang membuktikan bahwa Risma adalah seorang konten kreator berbakat yang berdedikasi pada pekerjaannya.
Dengan penuh keberanian, Sasmita menghadapinya dan mengatakan, "Kalian semua salah besar tentang Risma! Dia adalah seorang wanita yang berbakat, pekerja keras, dan memiliki integritas tinggi. Prasangka kalian tidak berdasar dan hanya menciptakan kebencian yang tak berujung. Mari kita hentikan celaan dan memberikan apresiasi pada apa yang telah dia capai!"
Perlahan tapi pasti, suara Sasmita didengar oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai membuka mata dan hati mereka untuk melihat kebenaran. Mereka meminta maaf atas tuduhan mereka yang salah dan menyesal atas kata-kata kebencian yang pernah mereka lontarkan.
Risma, yang awalnya terluka dan kesal, merasa lega. Dia merasa dihargai dan diakui atas karya-karyanya. Dia tahu bahwa tak perlu membuktikan diri pada siapa pun selain pada dirinya sendiri.
Dari saat itu, Risma terus berkarya dengan semangat yang tak tergoyahkan. Dia tetap menjaga integritas dan tetap mengabaikan kata-kata kebencian yang mungkin datang dari orang lain. Dia tahu bahwa jalan menuju kesuksesan tidak pernah mudah, tetapi dengan tekad dan dedikasi, dia mampu membuktikan kepada dunia bahwa dia bukanlah seorang wanita selingkuhan, melainkan seorang konten kreator yang menginspirasi banyak orang dengan karya-karyanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H