Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta.....

5 Juni 2023   12:45 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:53 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Canva

             Cinta Dengan Sekeping luka bagian  25

Oleh Mugiarni

Purbaningrum  kembai agi ke dunia reaita . Nyatanya kini Purbaningrum  telah    berbahagia bersama Aditya

Di bawah sinar matahari yang lembut, Purbaningrum dan Aditya melangkah di antara kelopak-kelopak bunga yang mempesona di kebun buah yang indah. Seperti puitisnya puisi alam, pepohonan yang rimbun menggantungkan dedaunan hijau yang menari dengan lembut di angin sepoi-sepoi.

Saat mereka melangkah lebih jauh, takdir yang tak terduga mempertemukan mereka dengan sosok luhur yang memiliki hati hangat, Bapak Eki. Wajahnya dipenuhi senyuman tulus, memancarkan kebijaksanaan yang terbaca dari jejak-jejak waktu yang menghiasi keriput di wajahnya. Ia telah menghuni tanah ini sejak lama, menyaksikan kebun ini tumbuh, berkembang, dan menyembahinya dengan dedikasi yang tak tergoyahkan.

Di bawah rindangnya pohon tua yang mengelilingi mereka, mereka menemukan kedamaian dan pesona yang tak terkatakan. Saling pandang mereka adalah kisah-kisah yang ingin didengarkan, sejarah yang tersimpan dalam setiap serbuk debu di udara. Melalui kata-kata bijak Bapak Eki, mereka disentuh oleh tautan tak terlihat antara masa lalu dan masa kini.

Dengan gemetar, suara lembut Bapak Eki  memulai mengalir seperti sungai yang tak terbatas. Cerita-cerita tentang kebun ini menjadi lebih hidup, seperti lukisan yang tumbuh menjadi realitas di hadapan mereka. Melalui kata-katanya yang lembut, mereka merasakan jalinan kehidupan yang telah terpintal di antara setiap dedaunan, setiap buah yang bersemi, dan setiap helaan nafas yang dipenuhi aroma segar.

Mereka takjub mendengarkan tentang waktu ketika tanah ini hanya sebatas gersang dan tandus, sebelum Bapak Eki dan penduduk setempat menaburkan biji harapan yang tak pernah pudar. Dengan kesabaran yang tanpa batas, mereka merawat kebun ini, memberinya cinta dan perhatian yang memupuknya menjadi tempat yang ajaib ini.

Bapak Eki  memancarkan kebijaksanaan dari setiap kata yang diucapkannya, mengajar Purbaningrum dan Aditya tentang nilai-nilai kesederhanaan, ketekunan, dan kerjasama. Di sana, di tengah-tengah kebun yang melayang di antara waktu, mereka menyadari betapa berharganya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam. Keindahan kebun buah ini bukan hanya hasil kerja keras, tetapi juga simbol dari ikatan yang tak terpisahkan antara manusia dan bumi yang melahirkannya.

Di bawah bimbingan Bapak Eki, Purbaningrum dan Aditya belajar untuk lebih menghargai alam dan menjaga lingkungan di sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa keberadaan kebun buah yang indah ini adalah hasil dari usaha bersama manusia dan alam. Mereka merasakan keterhubungan yang dalam dengan alam dan memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga keindahan tersebut agar tetap lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun