Beberapa waktu lalu aku dikejutkan dengan kabar bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara tentang minat membaca. Maksudnya, Indonesia masih memiliki minat membaca yang sangat rendah. Dengan begitu, tak sedikit pihak yang mengadakan acara untuk meningkatkan daya dan minat baca. Hal itu didukung dengan adanya gerakan seperti keREADta beberapa waktu lalu di Jakarta, dengan adanya acara seperti itu tentu saja bertujuan untuk mendongkrak daya dan minat baca masyarakat Indonesia itu sendiri.
Sebelum itu, tepatnya di hari Minggu, aku berkesempatan untuk menemani Ibuku berbelanja ke pasar dan tentu saja itu menjadi sebuah cara untuk mencari bahan tulisanku di blog. Maklum saja, aku sudah lama tidak menulis untuk blog pribadiku. Sementara Ibuku pergi berkeliling mencari pakaian yang sesuai untuk adikku di rumah, aku berkeliling sendiri saja sembari menghilangkan rasa bosan menunggu di tempat parkir. Toh motorku sudah terparkir dengan aman disana.
Ada yang unik saat aku berkeliling sendirian di tengah pasar yang ramai. Aku hanya menemukan satu lapak buku bekas saja disana. Terakhir kali aku berkeliling di pasar itu, masih ada dua lapak buku bekas disana. Sempat bertanya-tanya akan ketidak hadiran pelapak buku bekas tersebut, tetapi pada akhirnya aku kembali ke pelapak buku sebelumnya. Di seberang tempat parkir motor.
Aku pikir, buku-buku bekas itu sudah kehilangan peminatnya, ternyata tidak seperti itu. Kedatanganku ke pelapak buku bekas di seberang tempat parkir itu bertepatan dengan seorang bapak yang sedang tawar menawar soal harga buku yang sudah dia pegang.Â
Di sisi lain, aku merasa kasihan kepada pelapak yang sudah berumur, bersamaan dengan itu aku juga mengharap buku-buku bekas ini ramah di kantong, pada akhirnya aku memutuskan untuk mencari dan membaca novel yang menurutku menarik dari segi cerita. Dan pada akhirnya tak satu pun buku bekas yang aku beli.
Dari situlah aku mulai berpikir, apakah orang-orang tidak tertarik kepada buku? Apakan mereka tidak ingin membaca satu buku saja dalam satu bulan? Dan akhirnya aku mendapati seseorang memposting satu panel komik di instagram tentang minat baca di Indonesia itu rendah dan menempati peringkat ke-60 dari 61 negara. Miris memang ketika mendapati bahwa negara ini memiliki minat baca yang rendah, padahal banyak potensi yang bisa dikembangkan oleh negara ini, terutama dari segi sumber daya manusia.
Meskipun begitu, menurutku, masyarakat sendiri sudah mulai bertahap dalam membaca atau minimalnya datang ke pameran buku. Beberapa komunitas mengadakan acara-acara tertentu untuk mendongkrak daya dan minat baca masyarakat.Â
Ada yang melalui acara keREADta beberapa waktu lalu di Jakarta, ada pesantren sastra yang belum lama ini selesai diselenggarakan oleh FLP Bandung, dan juga dua pameran yang bersangkut paut dengan dunia buku, yaitu Liga Buku Bandung dan Pasar Komik Bandung di awal bulan ini.
Dengan begitu, minat masyarakat perlahan dapat bertambah terhadap membaca buku, meskipun hanya membaca serial komik atau novel. Justru dari situlah kekuatan literasi masyarakat kita ditentukan. Seperti para pendiri bangsa ini, mereka semua terdiri dari orang-orang kutu buku, dan tak sedikit dari mereka telah menerbitkan buku sendiri, bahkan telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa.Â
Maka, sesuailah dengan pepatah bahwa membaca adalah membuka jendela dunia. Membuka wawasan seluas-luasnya, dan bagiku membaca itu menjadi salah satu cara untuk berpergian lintas waktu dan lintas benua. Mari membaca dan jelajah dunia.
Semoga Bermanfaat