Oleh Mughni Ghatsa Pramudwiyanto, Mahasiswa Universitas Airlangga
Kasus bunuh diri yang meningkat di berbagai belahan dunia merupakan fenomena yang mengkhawatirkan dan mendesak untuk ditangani.
Dalam beberapa tahun terakhir, lonjakan angka bunuh diri menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita. Menganalisis akar permasalahan ini dapat membantu menemukan solusi yang efektif untuk mengurangi tragedi ini.
Tekanan sosial dan ekonomi adalah salah satu faktor utama yang kerap dikaitkan dengan peningkatan kasus bunuh diri. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, banyak individu yang merasa terjebak dalam situasi finansial yang sulit. Pengangguran, utang yang menumpuk, dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar dapat menyebabkan stres yang berlebihan. Selain itu, ekspektasi yang tinggi dari masyarakat dan tuntutan untuk meraih kesuksesan juga dapat menambah beban mental seseorang. Tekanan ini sering kali diperburuk oleh ketidakstabilan pekerjaan dan ketidakpastian masa depan.
Kesehatan mental sering kali masih dipandang sebagai isu yang tabu di banyak budaya. Stigma yang melekat pada gangguan mental membuat banyak orang enggan mencari bantuan profesional. Padahal, gangguan seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar adalah kondisi medis yang memerlukan penanganan serius.
Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan
mental yang memadai, baik dari segi jumlah profesional kesehatan mental maupun fasilitas yang tersedia, menjadi hambatan besar dalam upaya pencegahan bunuh diri. Program-program kesehatan mental sering kali kurang didanai, dan upaya pendidikanmasyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental belum maksimal.Media sosial, meskipun memiliki banyak manfaat, juga dapat menjadi pedang bermata dua. Paparan terhadap konten negatif, cyberbullying, dan perbandingan sosial yang tidak sehatdapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Rasa kesepian dan isolasi yang sering kali diperparah oleh media sosial dapat menjadi pemicu bagi individu yang sudah rentan terhadap pikiran bunuh diri. Algoritma media sosial yang mendorong konten berdasarkan engagement sering kali memprioritaskan konten yang sensasional dan emosional, yang bisa memperburuk kondisi mental pengguna.
Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam menjaga kesehatan mental seseorang. Namun, dalam masyarakat yang semakin individualistis, dukungan sosial ini sering kali terabaikan. Banyak individu yang merasa kesepian dan tidak memiliki tempat untuk berbagi beban emosional mereka.
Kurangnya dukungan sosial ini dapat memperburuk kondisi mental dan meningkatkan risiko bunuh diri. Kampanye untuk memperkuat ikatan sosial dan membangun komunitas yang lebih peduli dapat membantu mengurangi perasaan isolasi ini.
Untuk mengatasi masalah ini, pendidikan dan kesadaran tentang kesehatan mental harus ditingkatkan. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kampanye anti-stigma dan program pencegahan bunuh diri harus digalakkan untuk mendorong individu yang mengalami masalah mental agar tidak ragu mencari bantuan. Pendidikan ini harus dimulai sejak usia dini di sekolah dan terus dilanjutkan melalui program-program komunitas dan tempat kerja.
Peningkatan kasus bunuh diri adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan multidimensional. Tekanan sosial dan ekonomi, kesehatan mental yang terabaikan, pengaruh media sosial, dan kurangnya dukungan sosial adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini. Dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang kesehatan mental, serta menyediakan dukungan yang memadai, kita dapat bersama-sama mengurangi angka bunuh diri dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara mental. Diperlukan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, organisasi non-profit, media, dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H