Jika kemarau tak memberi harapan pasti pada bulir padi yang menanti, biar tandus tanah yang kering ku pijak tegap mengerti. Mengerti jika menunggu itu hanyalah masalah waktu, waktu tuk meyakinkan diri bila kaulah yang sejati.
Ku masih disini, di 364 hari yang hampir terlewati. Hanya bunyi jangkrik di penghujung hari musim kemarau yang saling melantunkan rindu setia menemani. Ku buka lagi goresan tangan mu yang masih tersimpan rapih, dan tetap sama, tak ada yang berubah.
Wahai kekasih, wahai sahabat hati, mungkin kita telah menemukan jalan yang berbeda. Jalan menuju cita akan arti hidup yang sebenarnya. Jikalau memang dalam jalan mu itu aku lah yang kau cari, percayalah aku pun begitu. Jalan berbeda boleh jadi tak apa jika memang satu tujuan, barang kali jalinan simpul sahabat kala itu adalah persimpangan akan pertemuan jalan kita berdua.
Sampai bertemu lagi di persimpangan yang lain, di empat tahun itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H