Ia melantunkan kepul asap itu ke udara dan tak ada yang segan untuk menghalanginya. Tersiku lengannya di atas meja dengan jemari yang dipaksa mengapit sebatang candu. Diangkatnya segelas kopi hangat, tapi tak kunjung ia meminumnya. Terlalu panas, gelagatnya. Kedepan tatapannya, kosong. Ia pun segeramemulai perbincangan dengan akalnya, jiwa turut merambat naik dan segera bersanding duduk bersama, tak ada yang rela menengahi mereka. Semua begitu nyata, terkecuali untuk kepalsuan yang ada pada khayal. [caption id="" align="alignnone" width="329" caption="Gambar : teen488.blogspot.com"][/caption] Samar - samar apa yang sudah diketahuinya sejak lama, seketika ia pun tenggelam dalam pergulatan yang sengit. Kini ia menjadi penonton yang sopan ketika dua itu berdebat, terduduk manis ia dengan raut wajah yang mendayu dan mendayung emosi. Seketika ia tak lagi berpegang kepada mereka, ia hanya berdoa dan semoga Tuhan adalah segala - galanya dalam harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H