Mohon tunggu...
Mufty Said
Mufty Said Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tutup mulut mu dan abadikan dalam tulisan mu!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sandiwara

27 Juni 2011   17:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia melantunkan kepul asap itu ke udara dan tak ada yang segan untuk menghalanginya. Tersiku lengannya di atas meja dengan jemari yang dipaksa mengapit sebatang candu. Diangkatnya segelas kopi hangat, tapi tak kunjung ia meminumnya. Terlalu panas, gelagatnya. Kedepan tatapannya, kosong. Ia pun segeramemulai perbincangan dengan akalnya, jiwa turut merambat naik dan segera bersanding duduk bersama, tak ada yang rela menengahi mereka. Semua begitu nyata, terkecuali untuk kepalsuan yang ada pada khayal. [caption id="" align="alignnone" width="329" caption="Gambar : teen488.blogspot.com"][/caption] Samar - samar apa yang sudah diketahuinya sejak lama, seketika ia pun tenggelam dalam pergulatan yang sengit. Kini ia menjadi penonton yang sopan ketika dua itu berdebat, terduduk manis ia dengan raut wajah yang mendayu dan mendayung emosi. Seketika ia tak lagi berpegang kepada mereka, ia hanya berdoa dan semoga Tuhan adalah segala - galanya dalam harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun